Saturday, December 29

PENGHUJUNG TAHUN 2018

Penghujung tahun 2018 nih. Gw muak ada di rumah tapi gw ngga tau harus kemana. Gw udah ngga punya temen yang bisa diajak kabur tiba-tiba dan gw udah ngga punya kendaraan yang bisa membawa gw pergi kemana hati ini ingin pergi.

Kayaknya kondisi gw ngga punya kendaraan ini akan menghambat gw untuk maju deh. Maju secara pengalaman. Pengalaman apa pun. Karena gw belum menemukan formula yang tepat, bagaimana bisa pergi dengan nyaman dan sesuai budget.

Opung gw lagi di rumah. Gw seneng sih ada opung di rumah, tapi lama-lama kesel juga. Setiap duduk bareng, apa pun momennya, yang dibahas adalah jodoh. 

TAIK!

Gw muak dan gw semakin males duduk bareng opung gw. Tapi kembali lagi, etikanya ngga bagus membiarkan tamu di rumah kesepian. Anggap lah opung gw tamu karena memang hanya beberapa saat tinggal di rumah. Kan bahaya juga kalo sampe opung ngga betah di rumah.

Gw pun mulai males hadir ditengah tamu-tamu yang dateng ke rumah dengan pembahasan yang hampir sama. Gw males kalo ada orang yang mulai mencampuri wilayah pribadi gw. Tapi disisi lain, kita sebagai tuan rumah harus ramah sama tamu. Tapi jadi tamu juga jangan rese bisa ga sih?

Iya gw tau mereka keluarga dan cukup dekat. Tapi gw ngga suka, lo mau apa?

Gw lagi berfikir untuk kabur dari rumah ini loh. Kabur dalam arti bukan jadi anak pembangkang, cuma ingin melarikan diri aja dari kehidupan sosial berkeluarga yang kondisinya sedang tidak menyenangkan untuk gw.

Gw pengen ngekos tapi penghasilan tidak mendukung untuk hidup mandiri. Gw sedang berfikir untuk kesekian kalinya, pindah kantor. Kantor gw keterlaluan sih untuk masalah kesejahteraan. Cuma santainya yang buat gw bertahan. Makanya untuk kesekian kalinya, sedang gw pikirkan nih bertahan atau tidak.

Walau sebelumnya seperti ada harapan dan angin segar tapi ko seperti lenyap harapan dan angin segar itu. Hah, gw ada rencana menghadap ke boss sih, tapi belom terlaksana. Semoga awal tahun depan bisa ada kesempatan bertemu si boss. 

Ngapain? Ngga tau, mau menghadap boss aja. Menghadap Tuhan terlalu ngeri soalnya.

Sunday, December 23

MENGGESER PAPAN DARI KEBUTUHAN PRIMER

MILENIAL MILENIAL MILENIAL !!!

Satu kata tentang milenial ini sedang menggoncang seluruh penjuru dunia sepertinya, tidak terkecuali Indonesia. Bahkan sampai sisi pemerintah pun sedang gencar mencari perhatian kaum milenial.

Kalian tau kan milenial itu apa? Kalo ngga tau, monggoh cari tau dulu apa itu milenial. Kalo udah tau, mari kita lanjutkan.

Banyak hal yang bisa dibahas tentang milenial, tapi kali ini yang mau gw bahasa adalah isu bahwa milenial menggeser papan dari kebutuhan primer.

Kalo lo pernah SD dan SDnya di Indonesia, pasti lo memperlajari bahwa manusia memiliki 3 kebutuhan primer yaitu sandang (pakaian), pangan (makanan) dan papan (tempat tinggal). Nah isu bahwa milenial menggeser papan dari kebutuhan primer ini pun ramai dibahas.

Gw termasuk milenial dan entah kenapa gw bangga banget menjadi bagian generasi milenial. Tapi gw ga terima nih dengan pernyataan bahwa milenial menggeser papan dari kebutuhan primer. 

Menurut hemat gw, gini ya..

Punya rumah atas nama sendiri itu ga harus di usia muda kan? Ketika kita ngontrak rumah, sewa apartemen atau bahkan tinggal dirumah orang tua, itu bukan berarti kita tidak memikirkan kebutuhan papan dong?

Realistis aja, kalo pendapatan finansial kita diusia muda sudah mencukupi untuk beli rumah pasti kita beli ko. 

Punya rumah juga harus dipikir lokasi strategis dari tempat kita berkegiatan, terkhusus jika kita memiliki kegiatan di kota besar. Harga rumah di kota besar bukan puluhan juta atau bahkan ratusan juta pun sudah tidak dapat. Dan harus dipirikan jika kita membeli rumah di pinggir kota, bagaimana akses keseharian kita berkegiatan?

Jadi apa masalah jika kita menunda memiliki rumah dan lebih memilih ngontrak atau sewa apartemen dulu dimasa muda? Sembari menabung untuk memiliki rumah yang benar-benar pas untuk keseharian kita.

Lebih tepatnya bukan bergesernya papan dari kebutuhan primer, tapi memasukkan kebutuhan-kebutuhan lain menjadi bagain dari kebutuhan primer. Iya ga sih?

Mungkin jaman batu dulu kebuthan primer hanya pangan. Karena mereka hidup tanpa sandang dan langit merupakan atap mereka tidur. Tapi seiring berjalannya waktu, muncul dosa-dosa yang harus melindungi kita yang katanya berkaitan dengan moral dan etika sehingga hadirlah sandang sebagai kebutuhan primer. Lalu muncul juga batasan-batasan norma sehingga hadir pula papan sebagai kebutuhan primer.

Jadi ga ada salahnya juga kan jaman sekarang muncul kebutuhan-kebutuhan primer baru? Bisa jadi sekarang teknologi merupakan kebutuhan primer. Siapa dijaman sekarang yang bisa bertahan hidup tanpa teknologi?

Atau disisi lain menurut hemat gw, harusnya dari dulu papan itu tidak termasuk kebutuhan primer.

Sejak manusia lahir, kita butuh pangan dan sandang. Yap, gw setuju. Karena tanpa kedua hal itu kita tidak bisa hidup. Tapi papan?

Kita bisa tinggal sama orang tua, kita bisa sewa atau banyak alternatif tempat tinggal lainnya. Lo ngga akan mati hanya karena lo ngga punya rumah 'milik' sendiri kan? Bisa dibilang, rumah itu kebutuhan sekunder sama seperti kendaraan (mobil/motor). Kalo lo ngga punya, lo bisa sewa. Iya ngga sih?

Lebih primer mana, papan atau teknologi?

Lagian secara 'price', papan itu terlalu mahal untuk disandingkan satu paket dengan sandang dan pangan. Rumah itu barang mewah, beda dengan jaman batu dulu. Mungkin jaman batu dulu sandang pangan papan masuk dalam satu paket kebutuhan primer karena ada yang namanya 'gotong royong'.

Jaman dulu orang gotong royong berburu binatang untuk sandang dan pangan satu desa. Jaman dulu orang gotong royong menebang pohon untuk dijadikan papan. Tanpa alat tukar yang namanya uang, mereka cukup gotong royong untuk memenuhi 3 kebutuhan primer mereka. Dan tidak bisa disamakan dengan kondisi sekarang bahkan puluhan tahun silam.

Jadi jangan sekonyong-konyongnya bilang bahwa milenial menggeser papan dari kebutuhan primer karena menang kondisi ini sudah terbentuk bahkan dari puluhan tahun silam. 

Hanya saja saat ini ilmu sosial semakin berkembang sehingga terjadi banyak penelitian yang mengkelompokkan hal ini hal itu sehingga seolah-olah kaum muda sekarang tertekan. Dan hal ini menjadi senjata kaum tua untuk menyerang pola atau gaya hidup kaum muda karena mereka tidak terima dengan kemudahan-kemudahan yang terjadi sekarang. 

Yaaa, ini sih menurut gw. Gw ngomong ini tanpa penelitian hanya berdasarkan pengalaman gw membaca sekilas, berdiskusi singkat dan berfikir sejenak. Jadi ini tanpa referensi khusus, hanya pendapat kaum milenial yang mulai merasa terintimidasi oleh kaum seniornya. Jadi kalo ada yang membaca curhatan gw ini, tolong jangan dijadikan bahan/materi kutipan skripsi. Hahahahahaha...