Friday, October 17

BANGSA YANG TERJAJAH

Posisi gw saat ini, duduk rapih di meja kantor dihadapan konputer. Lalu lo mau bilang gw ga profesional karena lagi jam kerja malah ngeblog?? Ya sedikit tepat lah kalo lo mau ngomong gitu. Kenapa sedikit? Karena 3 menit lagi udah jam istirahat, jadi gw bebas mau ngapain aja. Gw cuma korupsi 3 menit kok. Hehehehe...

Bentuk protes dalam benak gw yang buat gw menggebu mau ngeblog. Sebenernya udah dari beberapa hari lalu tapi selalu ada halangan tiap mau ngeblog sepulang kerja. Maka gw putuskan saat di kantor aja ngeblognya, soalnya kalo udah sampe rumah banyak hantu2 malas di kamar.

Hhmm.. Kali ini gw mau sedikit nyeleneh tentang kemiskinan bangsa kita. Negara kita ga miskin, tapi bangsanya. Bukan miskin secara materi tapi jiwa bangsa kita yg miskin. Jiwa2 terjajah! Dimana seyogyanya org yg terjajah pasti miskin.

Beberapa hari kemarin gw mendengar kabar bahwa salah satu kopi termahal didunia yang berasal dari Indonesia yaitu kopi luwak hendak di klaim sebagai milik negara tetangga. Lalu banyak rakyat yang marah2 kesel minta pemerintah turun tangan. Lalu gw jg ikut kesel??

Iya, gw kesel. Tapi gw kesel sama bangsa ini. Coba lihat bangsa ini selalu marah2 ketika sudah mau dicuri. Ketika belum dicuri? Boro-boro peduli.

Bangsa kita lebih bangga minum kopi2 setarbaks dari pada kopi asli indonesia kan? Walau katanya kopi setarbaks bahannya sebagian dari Indonesia tapi logonya udah negara lain yg punya. Dan untung besarnya udah masuk ke pendapatan negara lain. Rakyat kita dapet apa? Dapet capek metik2 kopi dengan upah tak seberapa. Yang mengolah? menang banyak dan yang ngolah bukan bangsa pribumi.

Lalu beberapa bulan belakangan juga salah satu rumah adat Toraja mau diklaim jadi milik negara tetangga. Bangsa kita tau apa tentang rumah adat? Bangsa kita hanya tau rumah modern minimalis yang tanpa tau asal-usul terciptanya model modern minimalis karena apa. Bangsa kita korban trend atau ank2 masa kini bilangnya bangsa kita ini 'kekinian'.

Kemudian yang lalu lalu tarian daerah tor-tor asal sumatera utara juga mau diklaim negara tetangga. Gw harus komentar apa lagi soal ini ya? Secara ini daerah asal gw. Kesel? Banget. Tapi ya gimana lagi? Banyak ibu-ibu muda batak yang lebih bangga anaknya les balet dari pada nari tarian daerah. Ntah lah ya.

Kemudian baju daerah jawa batik juga hampir diklaim jadi milik negara tetangga. Huuuff... Emang jiwa terjajah, mau gimana lagi? Hampir semua acara formal di Indonesia ini diwajibkan mengenakan jas bagi pria dan gaun bagi wanita. Pandangan bahwa penjajah yang dulu sebagai tuan yang menggunakan jas dan gaun itu melekat dalam diri kita. Sehingga Jas dan Gaun merupakan sesuatu yang 'wah'.

Bahkan denger-denger lagu daerah maluku, rasa sayange sudah menjadi milik negara tetangga dan sudah dipatenkan! Gw kurang tau pasti ini udah pasti dipatenkan atau masih kontroversi. Pokoknya ini udah parah lah. Anak2 muda sekarang lebih seneng denger lagu steve aoki yang "dumbabdumbub" atau lago "sarangesarange" ntah bahasa apa itu.

Haahh.. Apa negara kita terlalu dermawan sankin kayanya akan budaya mau bagi2 warisan budaya kepada daerah tetangga?? Ga habis pikir dan ga menutup kemungkinan jika nanti salah satu bahasa daerah kita juga akan diklaim jadi milik negara tetangga. Toh anak mudanya pada malu mengakui asal daerahnya dan malu menggunakan bahasa asli daerahnya. Ntah maksudnya apa. Mungkin takut dibilang gak gahul sama lu guweh you and I.

Pola pikir kita bangsa Indonesia yang sudah terjajah. Kita lebih memilih budaya luar dari budaya sendiri. Ini sama memprihatinkannya dengan dijajah kemerdekaannya. Sama-sama ga punya jati diri.

Hah, prihatin sama bangsa ini, cuma hingga saat ini gw bisa apa selain gw mencintai budaya gw sendiri dimulai dari diri gw sendiri dan mencoba mengajak orang sekitar gw? Gw hanya org kecil yang berharap bisa jadi orang besar kelak. Berharap gw bisa berpengaruh untuk sekitar. Tapi kapan itu semua terwujud? Ntah lah. Itu cita-cita gw. Jika Tuhan mengkhendaki, maka gw yakin jalan gw bukan dipermudah tapi jalan gw akan diarahkan menuju sana. Amin, bye!

No comments: