Monday, January 12

PENGAKUAN

Pengakuan akan status sosial. Sebegitu pentingnya kah?

Dia sudah bekerja.
Dia sudah berpacaran lima ratus enam puluh tiga kali.
Dia sudah menikah.
Dia sudah memiliki anak.
Dia sudah blablablabla...

Seperti dikejar deadline. Itu kah kehidupan yang sejati? Seperti sebuah tuntutan. Siapa yang menuntut? Manusia? Lingkungan sekitar??

Tidak bisa kah manusia menikmati kehidupan tanpa tuntutan diatas? Biarlah status sosial hanya menjadi bumbu pelengkap kehidupan dimana kebahagiaan sejati benar-benar menjadi menu pokoknya. 

Gw seperti kesal dengan orang sekitar yang selalu mempermasalahkan pengakuan akan status sosial diatas. Bisa dikatakan kesal yang gw rasakan lantaran perasaan panik akan tuntutan itu. Itu sebabnya gw bertanya, sebegitu pentingnya kah pengakuan akan status sosial?

Lucu. Terkadang gw pempertanyakan sesuatu yang gw udah tau jawabannya hanya karena gw belum mengalaminya. 

Gw bisa bayangkan betapa dipandangnya mereka yang sudah bekerja dan berpenghasilan, sudah menikah dan memiliki anak dibanding mereka yang belum. Tentunya bahasan gw kali ini untuk kurung usia tertentu.

Orang yang kaya raya namun belum menikah atau belum memiliki anak pada usia yang seharusnya sudah menikah dan memiliki anak pasti tetap dipandang belum sempurna. Kenapa ya? Kenapa? Apa itu salah dia jika belum menikah dan belum memiliki anak?

Apa salah dia jika dia belum bekerja dan mempunya penghasilan yang cukup? Ya, dia salah jika tidak berusaha. Tapi ya itu lah tadi yang gw bilang. Huuff tadi gw bilang apa yah? Hhmmm...

Udah ah gw lagi muak dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan pengakuan akan status sosial. Lo harus hadapi rin bahwa tidak bisa dipungkiri semua orang ingin diakui keberadaannya. Dan status sosial menjadi tolak ukur layak atau tidaknya mereka diakui keberadaannya. Sekian, bye!

No comments: