Hai goBLOG!, gw baru saja menonton sebuah film karya anak bangsa berjudul BANGKIT. Gw mau berkomentar mengenai karya anak bangsa yang dimana gw hanya manusia biasa yang tidak sempurna, yang hanyai ingin berceloteh. Maka ijinkan saya bercelotah dalam tulisan saya.
Gw kurang suka sebenernya nonton bioskop. Namun semenjak mulai membaiknya perfilman Indonesia, akhir-akhir ini gw mulai cukup sering menonton bioskop dan semua yang gw tonton adalah film hasil karya anak bangsa. Kenapa? Tidak lain dan tidak bukan karena gw mendukung karya anak bangsa. Gw berharap kelak kalo gw memiliki kerya, karya gw juga bisa didukung oleh bangsa sendiri.
Sebangga-bangganya karya kita diapresiasi bangsa asing, lebih bangga jika karya kita diapresiasi bangsa sendiri. Sama halnya, sebahagia apa pun pujian yang kita terima dari orang lain, akan lebih bahagia jika pujian itu kita dapat dari keluarga sendiri.
Memang sekarang sangat mudah mendapatkan film bajakan bahkan saat film tersebut masih diputar di bioskop, bajakannya sudah bisa kita nikmati. Tapi gw berprinsip, gw tidak akan mendownload film bajakan Indonesia sebelum gw nonton di bioskop. Jika filmnya benar-benar bagus baru gw akan download bajakannya untuk nonton ulang. Maap, dukungnya masih setengah-setengah.
Tapi setidaknya gw apresiasi terlebih dahulu karya orisinilnya. Berbeda dengan film karya anak bule yang dimana kalo ngga karena paksaan temen, gw ga akan nonton itu film di bioskop. Mending gw download bajakannya aja itu karya anak bule. Toh seminggu setelah peluncuran pertama biasanya bajakannya udah bisa kita nikmati. Hihihihihi... Maap ya londo.
Nah mengenai film BANGKIT yang baru saja gw tonton, meurut gw ini titik awal bangkitnya perfilman Indonesia dimana kini kita sudah mulai berani. Lumayan untuk permulaan. Efek editing, alur cerita, penokohan dan sebagainya sudah lumayan untuk awal.
Kritik gw mungkin gini. Karena gw tau lokasi Jakarta dan dicerita itu Jakarta harus dikosongkan ke luar kota karena imbas badai dari Australia, ini menurut gw aneh. Mau dibawa ke luar kota bagian mana itu warganya? Kenapa yang terimbas parah justru Jakarta, bukan sepanjang pantai selatan atau Bali yang emang deket dengan Australia?
Pemikiran gw yang ini nih yang bikin mindset gw jadi anggap remeh sama isi film, ah rekayasa. Jadi gw ngga mendalami dan masuk terhipnotis dalam alur film.
Lalu gw lihat ada beberapa lokasi yang sama dan dalam waktu yang sama pula diambil lagi untuk settingan berbeda, gempa banjir badai. Jadi gw mikir, lah ini tadi di jembatan yang ini banjir ko sekarang kering tapi gempa? Sejenis-jenis gitu. Dan ini terjadi karena gw udah hatam sama lokasinya yaitu Jakarta.
Coba semisal film karya anak bule. Mau itu lokasi diulang-ulang cuma sudut pengambilannya yang diubah, gw ga aka tau karena gw ga hatam dengan lokasi itu.
Dan kalau pun si anak bule membuat cerita bahwa dari hawaii ke LA itu deket dan angin puyuh bisa berimbas dalam waktu kurang dari 2 jam, gw akan percaya aja karena gw ga tau lokasinya bener apa ngga. Sehingga tanpa mikir dan mengkritisi sendiri dalam otak, gw mengikuti terus alur filmnya dan terhipnotis.
Masalah mindset gw aja sih sehingga kurang menikmati dan kurang terhipnotis alur cerita. Tapi selebihnya udah lumayan oke ko. Vinonya ganteng, istrinya kucel. Hih.
Acha dan Deva oke, memerankan peran melenceng dari kepercayaannya menunjukkan profesionalitas dan semoga ga ada kaum kampungan yang menyingung SARA karenanya. bye.