Beberapa hari terakhir dunia perpolitikan Indonesia tercinta kita cukup menarik, dimana baru saja mendaftarkan diri 2 paslon capres dan cawapres untuk plipres periode 2019-2024. Gw? Tentu dukung Jokowi untuk 2 periode karena lawannya masih sosok yang sama yang tidak ada PERKEMBANGAN dari masa kekalahannya tahun 2014 silam.
Yang paling menarik, cawapres yang disandingkan oleh Jokowi adalah salah satu sosok ulama yang berperan memecah belah rakyat saat pilkada DKI Jakarta 2017 lalu. Jujur saja awalnya gw kecewa, kenapa jokowi melakukan ini?
Dan pagi ini gw membaca sebuah postingan menarik dari seorang yang tidak gw kenal, inti postingannya seperti ini:
"Jangan pernah berharap Jokowi adu gagasan jika ingin menang dalam konteks pilpres 2019 ini kecuali lawan politiknya adalah lawan yang memiliki kapabilitas sebanding. Coba bayangkan jika cawapres Jokowi adalah Sri Mulyani dan Ma'aruf Amin menjadi cawapres Prabowo. Bisa bayangkan apa isu yang akan diangkat? Berita Sri Mulyani tidak memakai kerudung akan diangkat kepermukaan dan kemudian Jokowi kalah. Sederhananya, rakyat kita sebagian besar masih sebodoh itu."
Omaigat! Ini bener banget. Dan gw ga mau masa pilkada DKI Jakarta terulang hanya karena ngotot sok menjadi idealis. Rakyat DKI Jakarta yang katanya tinggal di kota dengan akses informasi mudah didapat aja masih bisa dibodohi dengan isu seperti itu. Gimana dengan rakyat Indonesia secara luas? Masih banyak rakyat kita yang tinggal di plosok. Dari yang sulit mencari tau hingga yang 'malas' mencari tau, itu semua ada. Tinggal para timses aja bergerak menyuapi mereka.
Pilihannya:
1. Kasih mereka info dan data
2. Kasih mereka isu-isu SARA
3. Kasih mereka uang
Rakyat yang tinggal diplosok yang tidak tau apa-apa, tiba-tiba diminta suaranya untuk memilih presiden. Maka info-info yang mudah dicerna akan dengan cepat disebarkan oleh masing-masing kubu.
Info yang mudah dicerna? Ya SARA. Kalo mereka yang tinggal di plosok sana diceritakan tentang perkembangan ekonomi, pembangunan infrastruktur, persaingan global, dll mana paham. Lagian butuh waktu lama untuk memaparkan itu semua. Butuh 1 Semester kalo ibarat kata dunia perkuliahan. Gampangnya ya sebar isu SARA. Atau, kasih uang. Selesai perkara.
Gw berharap dengan dipilihnya ketua MUI ini, tidak hanya sekedar menarik suara 'mereka' tapi bisa meredam perpecahan. Gw sangat berharap beliau bisa menjadi ulama yang turut menegakkan pancasila dan benar-benar membangun islam nusantara bukan islam bar-bar.
Semoga islam nusantara yang mayoritas ini dapat merajut perbedaan yang ada di Indonesia sehingga Indonesia bisa semakin kuat, menjadi bangsa yang besar dan menjadi negara yang disegani. Amin.
No comments:
Post a Comment