Monday, August 31

TUPAI

Suatu hari seekor Tupai memberanikan diri untuk melompat. Yap, bisa dibilang tupai ini bukan tupai yang masih belia namun tupai yang sudah matang. Dan bisa dibilang untuk yang kesekian kali dia memberanikan diri untuk melompat namun hanya memberanikan diri belum seutuhnya berani.

Mengapa dia takut? Apa dia pernah terjatuh? Tidak. Tapi dia terlalu sering melihat teman-temannya yang terjatuh, terpleset dan tergelincir. Ditambah rasa malas yang ia miliki untuk melompat. Mengapa dia malas? Karena dia belum menemukan apa keuntungan dari melompat jika dengan berjalan dia bisa melalui semuanya?

Ya, benar. Dengan berjalan dia bisa melalui semuanya hingga suatu ketika dia menyadari bahwa semua temannya tidak ada yang hanya berjalan tapi mereka melompat. Dia penasaran apa rasanya jika dia melompat? Kemudian terbersit dalam benaknya jika dia ingin melompat. Tapi apa? Dia tidak tau cara melompat.

Dia mulai panik dan dia mulai mengamati teman sekitarnya untuk belajar bagaimana cara mereka melompat. Yah, ternyata semua temannya melompat dengan caranya masing-masing dan mereka semua berbeda, itu yang membuat si tupai semakin bingung. 

Bagaimana caranya melompat?
Aku ingin bisa melompat.
Aku ingin seperti teman-temanku yang lain.
Aku ingin merasakan sensasi melompat, ya aku ingin!
Tapi bagaimana caranya??

Si tupai terus mencari tau bagaimana cara melompat dan dia mulai memantapkan kuda-kudanya. Hhmm.. Ya semoga kuda-kudanya sudah kuat dan mantap.

Tapi tunggu dulu.
Kemana aku harus melompat?
Apa iya aku harus melompat ke sembarang arah?
Bagaimana jika aku justru jatuh terperosok kedalam sebuah lubang dalam?
Oke lah kalo hanya terpeleset dan luka kecil.
Bagaimakan jika aku benar-benar terjatuh hingga sekarat?
Ya, aku harus mengetahui dulu kemana aku harus melompat.
Hhhmm... Kemana, tapi kemana??

Lagi-lagi si tupai kebingungan menentukan arah tujuan lompatannya. Hingga pada suatu hari ketika situpai sedang pergi menjelajahi hutan, ia terperanjat oleh sebuah tempat yang nampaknya cukup memikat.

Taman yang luas dan indah ditengah hutan, terdapat pohn buah yang segar diantara pohon yang tegap dan gagah. Aneh memang taman ini cukup aneh. Ko bisa ada taman indah di tengah hutan? Apa taman ini memiliki tuan?

Si tupai mencoba mencari tahu dengan mengelilingi taman itu dan menginap beberapa malam di taman itu. Hhhmm Nampaknya taman ini kosong tak bertuan dan si tupai pun merasa ingin memiliki taman itu sebagai tempatnya untuk bermain, untuk singgah, untuk apa pun itu.

"Oh iya. Nampaknya taman ini adalah tempat yang tepat untukku belajar melompat. Ya, iya benar. Taman ini adalah tempat yang tepat."

Hingga suatu malam, si tupai memaksakan diri untuk melompat entah apapun hasilnya, ia harus mencoba melompat.

"HHIAAAA..."

Si tupai sudah memasang ancang-ancang dan siap melompat namun langkahnya sedikit tergoyahkan karena dia menginjak sehelai daun basah yang mengurangi keseimbangannya. Aahh... Si tupai kembali ragu untuk melanjutkan lompatannya karena ia mereasa tanah di taman ini kurang tepat untuk dilompati. Tanah liat? Tanah berduri? Tanah berbatu? Entah tanah apa pun itu, rasanya tanah ini kurang tepat.

Si tupai pun kembali memutuskan untuk berjalan dan tidak melompat. Tapi kali ini tupai berjalan dengan jalan jinjit untuk memastikan jika kelak tiba saatnya dia harus lompat, dia pastikan dia siap melompat. Namun sekarang si tupai memilih untuk kembali melihat dan mempelajari sekeliling taman itu lebih mendalam lagi.

...bye...

Tuesday, August 25

EKSTRIM

Ada banyak nih yang mau gw ceritain. Bahkan di draf akun blog gw ini udah ada beberapa tulisan yang belom jadi dan sebelumnya pengen gw share. Dan barusan gw hapus lah itu semua karena mood gw untuk ngelanjutin tulisan mengenai beberapa topik itu udah ga ada. Hahahaha... Kayaknya ga cuma gw yang seperti itu. beberapa penulis juga pasti gitu. Nulis itu butuh mood baik sama seperti mendesain.

Sekarang gw mau cerita tentang pengalaman yang baru seminggu lalu gw jalani. Pengalaman yang menurut gw ekstrim dan itu terjadi disaat petinggi negara (read: enyak babeh gw) lagi pergi ke Medan selama seminggu.

Gw akan lebih tenang melakukan kegiatan ekstrim ketika nyokap bokap gw lagi ga ada dirumah. Karena apa? Karena lebih ektrim lagi kalo gw harus minta ijin beliau telebih dahulu. Kemungkinan mereka menolak ijin gw itu sekitar 60% dimana jika dirayu sebenernya persentasi penolakan bisa jadi hanya 20% saja. Cuma karena daya jual gw mahal, gw agak kurang suka dengan kegiatan yang namanya rayu merayu. Jadi sering kali gw cari jalur aman dan pergi disaat petinggi negara berada dalam kawasan mustahil untuk menolak permintaan ijin gw.

Jadi pengalaman ini berlangsung hanya selama 2 hari yaitu hari Sabtu dan Minggu. Kalo menurut jamnya bahkan ga sampe sehari, karena cuma berlangsung dari jam 19.00 (sabtu) - 15.00 (minggu) See? Ga sampai 24 jam! Dan kegiatan ekstrim apa yang gw lakukan?

Kegiatan ektrimnya yaitu pergi kondangan menggunakan dress dan high heels 13cm. Ya ini bukan pengalaman pertama gw si berpenampilan seperti itu. Bisa dibilang gw berpenamilan seperti itu sudah sangat sering semenjak gw menduduki bangku panas di dunia pekuliahan. Lebih heboh pun pernah.

Sekalian Super Reuni lah menurut gw. Karena ini baru pertama kali terjadi pada alumni SMA PSKD 2009 ngumpul bersatu sebanyak ini. Kebetulan yang menikah adalah temen kita dari jurusan IPA dengan temen kita dari jurusan IPS. Sehingga kedua jurusan pun datang meramaikan. Rame kan? Hahahaha... Lumayan lah.

Yang ekstrim adalah setelah kondangan itu gw lanjut menuju Jonggol untuk naik gunung! Jejejeng!! Gunungnya ga begitu tinggi ko jadi selow aje. Tengah malem berangkat dan subuhnya sampelah kita di Jonggol, Gunung Batu.

Gw mendaki dengan gaun, gw mendaki dengan make up yang masih melekat menawan di muka dan gw mendaki dengan high heels. Huff... Tentu saja itu tidak terjadi. Cinderella berubah jam 12 malam karena sihirnya telah habis. Gw sengaja ga bergaya terlalu heboh dan makeup natural aja karena takut terlalu riweh nanti perubahan dari cinderella ke upik abunya.

Biasa kan konotasi orang jika melihat wanita yang pergi malam-pulang pagi itu pasti negatif, nah disini gw juga sekalian mau mengklarifikasi bahwa ga semua wanita yang pergi malam-pulang pagi itu melakukan kegiatan negatif. So, plis deh ya buat kamu-kamu yang selalu berfikir negatif dengan wanita yang pergi malam-pulang pagi, mungkin main kamu kurang jauh. Mungkin kamu kurang nongkrong dan mungkin kamu kurang berpetualang.

Tapi sayang sungguh disayang, begitu kita sampai di parkiran gunung batu dengan rekan yang lain, kita justru dilarang untuk mendaki ke puncak dikarenakan sedang ada pengeboran untuk memasang bendera (yang katanya beshar bhuanget) untuk menyambut hari kemerdekaan RI esok harinya. Ah sungguh sayang teramat disayang. (mau dong disayang.. *lah!)

Gw pun tidak kehilangan semangat untuk hunting foto. Hunting foto pemandangan, tapi lebih tepatnya hunting foto yang latarnya pemandangan dan ada gwnya jadi objek utama. Ya gitu deh, dan hasilnya ga buruk-buruk banget walau sensasi mendakinya ga didapat yang penting ada pertinggal foto dari pada pulang dengan tangan hampa.

Gw pergi ga sendiri, kalo sendiri lah ini siapa yang motoin, ye ga? Dan gw pergi ga cuma berdua juga tapi cukup rame lah sekitar 8 orang, 4 cewek dan 4 cowo. Pas banget kan 4 pasang? Tapi sayangnya kita tidak pasang-pasangan walau ada diantara kita yang pasangan dan mantan pasangan. 

Loh ko difoto cuma 3? Plis deh itu ga 3 tapi 4. Satu lagi kan yang motoin. Hahahaha... Cowok-cowonya pada tidur di mobil, cupu banget. Ga semua cowok si, cuma dua yang tidur. Sisanya 2 lagi ngebuntut sama kita cuma ga masuk foto.  Hufff... Gw juga baru sadar kalo kita ga ada foto bareng, parah! Biasa ngebolang sendiri atau berdua si jadi lupa kalo kali ini perginya rame.

Dan begitu bosan kita pulang karena hari itu hari minggu. Kita mengejar untuk ibadah di gereja. Ashek, soleha sekali kita. Tapi sebelumnya mampir makan dulu di mekarsari yang namanya gw lupa itu restoran air kalo ga salah.

Lumayan deh disaung-saung ini kita makan sehat dan rebahan sejenak untuk mengisi kembali daya terjang mata yang mulai kriyep. Hahahaha... Ekstrim kan perjalanan gw? Ekstrimnya itu ya perubahan jam 12 malamnya dari Cinderella menjadi upik abu, walau ga Cinderella-Cinderella amat. Hahahaha... 

Gw berprinsip bahwa bersolek itu penting untuk wanita walau menurut gw tidak wajib. Sejanis tuntutan lah bahwa wanita itu ada baiknya jika bisa bersolek. Tapi kalo berpetualang itu kebutuhan yang harus kudu wajib dilakukan! Sekian, peace love gaul dan salam lestari - bye!

Tuesday, August 4

MIE INSTAN VS MASAKAN PADANG

Kalo ada anak kos yang bilang mie instan adalah makanan mereka akhir bulan atau makanan mereka dikala pundi2 sudah mengkerut, menurut gw itu salah besar! SALAH BESAAARRR!!! 

Ya memang si gw sewaktu ngekos termasuk orang yang sangat teramat jarang merasakan pundi mengkerut yang dimana makan harus sangat di hemat sampe gw kelaparan. Tapi bukannya ga pernah, pernah tapi jarang banget. Dan itu bukan dikarenakan orang tua gw yang kaya raya atau gw yang punya penghasilan sampingan. Itu semua karena kecerdasan gw memanfaatkan sumber daya manusia disekitar gw. Jaajajajajaja...

Gw punya temen yang memiliki rumah di daerah gw dulu merantau, sebut saja namanya Ira Puspita Sari (ini nama samaran). Jadi bisa dibilang gw tidak pernah khawatir dengan isu-isu kelaparan. Gw akan melipir ke rumah temen gw itu yang dimana pasti selalu ada makanan di rumahnya. Setidaknya telor selalu tersedia di kulkasnya.

Pernah kala itu temen gw yang memiliki rumah ini sedang sulit dihubungi karena dia sedang berada dibelahan bumi antah berantah kala itu. Jadi gw tidak mendatangi rumahnya ketika gw butuh makan dan pundi-pundi gw sedang mengkerut. Emang si dia selalu berpesan: "Gapapa, dateng aja. Dirumah ada makanan kok." Tapi kan tetep aja gw ga enak. Ya kali deh gw dateng cuma makan terus pergi? Huff...

Jika keadaan seperti itu terjadi, gw memiliki seorang teman lagi yang bisa dibilang dia ini pengertian dan ngerti banget gw lah dengan segala gerak-gerik mencurigakan gw yang sering kali tidak sengaja tersirat. Sebut saja namanya Novrani (nama samaran) dan dia ini asli Batak yang kita sebut saja dia boru Sitohang (ini juga marga samaran).

Kalo lagi laper dan ga ada uang, gw akan gedor-gedor kosannya dengan sangat bringas. Lalu si Novrani ini biasanya akan buka pintu dengan rambut ngembang karena abis tidur-tiduran dan bermalas-malasan di kamarnya. Kemudian yang gw lakukan adalah membuat rusuh ala-ala cari perhatian. Dengan begitu biasanya temen gw ini akan merespon seperti ini:

Novrani: Hahaha.. Kenapa kau?
Gw: Ngga.
Novrani: Udah makan?
Gw: Belom *muka sok cuek*
Novrani: Makan lah yuk
Gw: *membuang pandangan jauh keluar kosan, menatap nanar dan terdiam sambil nyengir malu-malu brengsek*
Novrani: gak ada uangmu?
Gw: *ngangguk sekali tapi mantap*
Novrani: eheee rinoy! ayok lah yok, makan kita.

Nah kalo udah gitu biasanya gw langsung lompat bersemangat dan langsung siap di depan pintu untuk pergi mencari makan. Hahahaha...

Eh ko jadi kesini pembahasan kita? Tapi tak apa lah itu pembukanya. Toh intinya memang akan membahas masalah pundi-pundi yang mengkerut. Hehehehe ya jadi menurut gw makanan yang pas banget untuk anak rantau atau anak kosan disaat pundi-pundi mereka mengkerut itu adalah masakan padang! Asli ini pas banget.

Masakan padang atau rumah makan padang itu bener-bener bisa dinikmati disaat pundi-pundi lo mengkerut atau pun disaat pundi-pundi lo membengkak. Bedanya cuma di merek rumah makannya aja. Ada sederhana, bagindo, era baru, padang murah, dan lain-lain.

Gw punya prinsip bahwa mie instan itu tidak baik jika dimasak sendiri, harus beli! Alasan utamanya karena mie instan yang kita masak sendiri itu tidak seenak yang dimasak di kucingan atau burjo atau wakrop.

Dan biasanya untuk mie instan yang kita beli (di burjo atau warkop atau kucingan) make telor dibandrol dengan harga 7.000, ditambah nasi 2.000 dan teh manis hangat 3.000 maka total 11.000. Apanya yang murah coba 11.000?

Dan itu udah formasi gw makan mie yang dimana ga bisa diganggu gugat! Gw akan merasa bodoh seharian kalo makan mie instan polos tanpa telor. Gw akan merasa kurang bertenaga seharian kalo makan mie instan tanpa nasi. Dan gw akan merasa seret seharian kalo makan indomie ga minum teh manis.

Makan mie instan beserta teman-temannya 11.000 sedangkan kalo gw makan masakan padang itu bisa 4.000! See? Bedanya itu 7.000! Dengan 11.000 lo bisa makan siang dan makan malem make masakan padang dimana sarapannya roti serebuan aja cukup, dibanding cuma sekali makan mie instan.

Dengan 4.000, di rumah makan padang murah gw udah dapet nasi, telor dan kuah sesuai selera. Ditambah teh tawar gratis pula! Beh, mantep ga tuh? Tapi itu harga dulu, sekarang kurang tau gw masih dapet apa kaga makan sehat bergizi degan budget 4.000. Harga indomie juga itu harga dulu loh yaahhh...

Gw ga akan takut kurang gizi karena gw make kuah kepala ikan yang menurut gw pasti gizinya itu ikan udah bercampur ke kuah2nya. Teh tawar itu perpaduan yang pas kalo lo udah makan makanan yang penuh santen dan berlemak.

Yang bikin gw yakin kenapa masakan padang lebih ber-pri-anakkos-an karena gw mulai menyukai masakan padang semenjak merantau. Kalo mie instan ya dari jaman gw masih TK gw udah suka. Sebelum merantau atuh boro-boro gw mau masuk rumah makan padang. Tapi kerasnya hidup merantau lah yang membuat gw bisa mengenalnya dan menyukainya. Jadi menurut gw kurang tepat aja kalo mie instan itu makanan untuk anak rantau dikala pundi mengkerut.

Dan seseorang yang berjasa mengenalkan gw kepada masakan padang adalah, hhmmm sebut saja dia Stella (ini nama samaran). Dan dia juga wanita batak, sebut saja dia ini boru Hutauruk (marga samaran juga). Si Stella ini dulu rajin banget ngajak gw makan masakan padang. Emang yang dia ajak bukan masakan padang yang murah. Tapi dimulai dari situ lah gw mengenal masakan padang dan mulai menyukainya.