Saturday, December 29

PENGHUJUNG TAHUN 2018

Penghujung tahun 2018 nih. Gw muak ada di rumah tapi gw ngga tau harus kemana. Gw udah ngga punya temen yang bisa diajak kabur tiba-tiba dan gw udah ngga punya kendaraan yang bisa membawa gw pergi kemana hati ini ingin pergi.

Kayaknya kondisi gw ngga punya kendaraan ini akan menghambat gw untuk maju deh. Maju secara pengalaman. Pengalaman apa pun. Karena gw belum menemukan formula yang tepat, bagaimana bisa pergi dengan nyaman dan sesuai budget.

Opung gw lagi di rumah. Gw seneng sih ada opung di rumah, tapi lama-lama kesel juga. Setiap duduk bareng, apa pun momennya, yang dibahas adalah jodoh. 

TAIK!

Gw muak dan gw semakin males duduk bareng opung gw. Tapi kembali lagi, etikanya ngga bagus membiarkan tamu di rumah kesepian. Anggap lah opung gw tamu karena memang hanya beberapa saat tinggal di rumah. Kan bahaya juga kalo sampe opung ngga betah di rumah.

Gw pun mulai males hadir ditengah tamu-tamu yang dateng ke rumah dengan pembahasan yang hampir sama. Gw males kalo ada orang yang mulai mencampuri wilayah pribadi gw. Tapi disisi lain, kita sebagai tuan rumah harus ramah sama tamu. Tapi jadi tamu juga jangan rese bisa ga sih?

Iya gw tau mereka keluarga dan cukup dekat. Tapi gw ngga suka, lo mau apa?

Gw lagi berfikir untuk kabur dari rumah ini loh. Kabur dalam arti bukan jadi anak pembangkang, cuma ingin melarikan diri aja dari kehidupan sosial berkeluarga yang kondisinya sedang tidak menyenangkan untuk gw.

Gw pengen ngekos tapi penghasilan tidak mendukung untuk hidup mandiri. Gw sedang berfikir untuk kesekian kalinya, pindah kantor. Kantor gw keterlaluan sih untuk masalah kesejahteraan. Cuma santainya yang buat gw bertahan. Makanya untuk kesekian kalinya, sedang gw pikirkan nih bertahan atau tidak.

Walau sebelumnya seperti ada harapan dan angin segar tapi ko seperti lenyap harapan dan angin segar itu. Hah, gw ada rencana menghadap ke boss sih, tapi belom terlaksana. Semoga awal tahun depan bisa ada kesempatan bertemu si boss. 

Ngapain? Ngga tau, mau menghadap boss aja. Menghadap Tuhan terlalu ngeri soalnya.

Sunday, December 23

MENGGESER PAPAN DARI KEBUTUHAN PRIMER

MILENIAL MILENIAL MILENIAL !!!

Satu kata tentang milenial ini sedang menggoncang seluruh penjuru dunia sepertinya, tidak terkecuali Indonesia. Bahkan sampai sisi pemerintah pun sedang gencar mencari perhatian kaum milenial.

Kalian tau kan milenial itu apa? Kalo ngga tau, monggoh cari tau dulu apa itu milenial. Kalo udah tau, mari kita lanjutkan.

Banyak hal yang bisa dibahas tentang milenial, tapi kali ini yang mau gw bahasa adalah isu bahwa milenial menggeser papan dari kebutuhan primer.

Kalo lo pernah SD dan SDnya di Indonesia, pasti lo memperlajari bahwa manusia memiliki 3 kebutuhan primer yaitu sandang (pakaian), pangan (makanan) dan papan (tempat tinggal). Nah isu bahwa milenial menggeser papan dari kebutuhan primer ini pun ramai dibahas.

Gw termasuk milenial dan entah kenapa gw bangga banget menjadi bagian generasi milenial. Tapi gw ga terima nih dengan pernyataan bahwa milenial menggeser papan dari kebutuhan primer. 

Menurut hemat gw, gini ya..

Punya rumah atas nama sendiri itu ga harus di usia muda kan? Ketika kita ngontrak rumah, sewa apartemen atau bahkan tinggal dirumah orang tua, itu bukan berarti kita tidak memikirkan kebutuhan papan dong?

Realistis aja, kalo pendapatan finansial kita diusia muda sudah mencukupi untuk beli rumah pasti kita beli ko. 

Punya rumah juga harus dipikir lokasi strategis dari tempat kita berkegiatan, terkhusus jika kita memiliki kegiatan di kota besar. Harga rumah di kota besar bukan puluhan juta atau bahkan ratusan juta pun sudah tidak dapat. Dan harus dipirikan jika kita membeli rumah di pinggir kota, bagaimana akses keseharian kita berkegiatan?

Jadi apa masalah jika kita menunda memiliki rumah dan lebih memilih ngontrak atau sewa apartemen dulu dimasa muda? Sembari menabung untuk memiliki rumah yang benar-benar pas untuk keseharian kita.

Lebih tepatnya bukan bergesernya papan dari kebutuhan primer, tapi memasukkan kebutuhan-kebutuhan lain menjadi bagain dari kebutuhan primer. Iya ga sih?

Mungkin jaman batu dulu kebuthan primer hanya pangan. Karena mereka hidup tanpa sandang dan langit merupakan atap mereka tidur. Tapi seiring berjalannya waktu, muncul dosa-dosa yang harus melindungi kita yang katanya berkaitan dengan moral dan etika sehingga hadirlah sandang sebagai kebutuhan primer. Lalu muncul juga batasan-batasan norma sehingga hadir pula papan sebagai kebutuhan primer.

Jadi ga ada salahnya juga kan jaman sekarang muncul kebutuhan-kebutuhan primer baru? Bisa jadi sekarang teknologi merupakan kebutuhan primer. Siapa dijaman sekarang yang bisa bertahan hidup tanpa teknologi?

Atau disisi lain menurut hemat gw, harusnya dari dulu papan itu tidak termasuk kebutuhan primer.

Sejak manusia lahir, kita butuh pangan dan sandang. Yap, gw setuju. Karena tanpa kedua hal itu kita tidak bisa hidup. Tapi papan?

Kita bisa tinggal sama orang tua, kita bisa sewa atau banyak alternatif tempat tinggal lainnya. Lo ngga akan mati hanya karena lo ngga punya rumah 'milik' sendiri kan? Bisa dibilang, rumah itu kebutuhan sekunder sama seperti kendaraan (mobil/motor). Kalo lo ngga punya, lo bisa sewa. Iya ngga sih?

Lebih primer mana, papan atau teknologi?

Lagian secara 'price', papan itu terlalu mahal untuk disandingkan satu paket dengan sandang dan pangan. Rumah itu barang mewah, beda dengan jaman batu dulu. Mungkin jaman batu dulu sandang pangan papan masuk dalam satu paket kebutuhan primer karena ada yang namanya 'gotong royong'.

Jaman dulu orang gotong royong berburu binatang untuk sandang dan pangan satu desa. Jaman dulu orang gotong royong menebang pohon untuk dijadikan papan. Tanpa alat tukar yang namanya uang, mereka cukup gotong royong untuk memenuhi 3 kebutuhan primer mereka. Dan tidak bisa disamakan dengan kondisi sekarang bahkan puluhan tahun silam.

Jadi jangan sekonyong-konyongnya bilang bahwa milenial menggeser papan dari kebutuhan primer karena menang kondisi ini sudah terbentuk bahkan dari puluhan tahun silam. 

Hanya saja saat ini ilmu sosial semakin berkembang sehingga terjadi banyak penelitian yang mengkelompokkan hal ini hal itu sehingga seolah-olah kaum muda sekarang tertekan. Dan hal ini menjadi senjata kaum tua untuk menyerang pola atau gaya hidup kaum muda karena mereka tidak terima dengan kemudahan-kemudahan yang terjadi sekarang. 

Yaaa, ini sih menurut gw. Gw ngomong ini tanpa penelitian hanya berdasarkan pengalaman gw membaca sekilas, berdiskusi singkat dan berfikir sejenak. Jadi ini tanpa referensi khusus, hanya pendapat kaum milenial yang mulai merasa terintimidasi oleh kaum seniornya. Jadi kalo ada yang membaca curhatan gw ini, tolong jangan dijadikan bahan/materi kutipan skripsi. Hahahahahaha...

Tuesday, October 16

KITA BEDA

Gw baru beli tas harganya sejuta.

Bukan mau sombong, cuma mau ngasih tau. Lagian sombong itu relaitf cuy. Bagi sebagian orang tas sejuta itu murah. Tapi bagi sebagian lainnya tas sejuta itu mahal. Ada lagi di bagian lain beranggapan tas sejuta itu biasa. So, gw sombong? Relatif. Tergantung kemampuan lo.

Tapi bukan masalah sombong yang mau gw bahas melainkan masalah gw dan adek gw yang memiliki 2 karakter berbeda. Terkhusus dalam masalah gaya penampilan, sifat bahkan sampai hal memilih dan membeli barang. 

Secara penampilan adek gw itu cukup feminin dan kekinian. Sedangkan gw termasuk yang berantakan dan unik. Gw memilih gaya penampilan sesuai acara, lingkungan, teman pergi dan sangat dipengaruhi oleh mood. Jadi bisa aja dalam sebuah jenis acara yang sama gw tampil rapih anggun dan menawan namun dikesempatan lain gw biasa aja. Semua tergatung mood. Tapi yang pasti gw selalu menyesuaikan dengana acara, cuma auranya aja yang ngga selalu keluar sama. (menurut gw sih)

Masalah sifat? Adek gw cukup ramah dan mudah berbaur dengan yang lain. Lalu agak menye. Sedangkan gw cenderung memilih kepada siapa gw mau berbaur dan galak. Bukannya gw sombong, gw cuma males aja terlalu banyak berkomunikasi dengan mereka yang tidak sejalan. Buang-buang emosi yang ujungnya mengganggu mood.

Tapi gw ngga pernah loh milih temen berdasarkan materi atau fisik. Gw selektif di sifat dan kelakuan. Kalo kelakuannya minus biasanya gw agak jaga jarak. Takut nuler. Hahahahahaha...

Dalam hal memilih, adek gw termasuk orang yang mudah dalam memilih. Sedangkan gw sangat pemilih. Contohnya saat belanja. Adek gw cukup masuk 2-3 toko langsung bisa memutuskan untuk memilih. Kalo gw harus survey dulu ke semua toko dan kemudian memilih mana yang paling unik.

Gw pasti memilih barang yang unik. Karena gw ga suka punya barang yang pasaran. Dan biasanya barang unik dan jarang dimiliki orang itu harganya lumayan mahal. Itu kenapa barang-barang gw bisa dibilang cukup mahal. Mahal disini gw bahas untuk lalangan kelas menengah kebawah ya, karena sebagian besar teman gw kalangan menengah kebawah. Gw belom punya temen yang tajir melintir.

Nah dari hasil observasi singkat ini gw menemukan. Barang-barang adek gw banyak banget tapi cenderung harganya terjangkau. Sedangkan barang gw bisa dibilang cukup sesuai kebutuhan tapi harganya bisa bayar DP mobil kalo dikumpul.

Dan ini berpengaruh pada tata cara memilih pasangan. Mantan adek gw lebih dari gw dan jelek2 banget! Sini kalo ada yang bilang mantan adek gw ganteng, gw kasih obat tetes mata.

Dan mantan gw? Sesuai kebutuhan aja. 

Humm cukup ya, gw ga mau bahas lebih mendalam. Cukup sampai disini saja observasi singkat gw. Karena banyak kalimat tutur kata sopan santu adat istiadat yang harus tetap dijaga. Hahahaha... Bhay!

Friday, September 21

LAGI KERE KEPIKIRAN NIKAH

Gw lagi merasa kondisi keuangan gw seret banget. Tapi barusan gw membaca postingan seseorangan yang berkata "Tuhan tidak memberikan rejeki kurang hanya saja rasa syukurmu yang kurang." Iya bener juga tapi tidak bisa didiamkan. Harus ada tindakan ini, pendapatan gw ngga bisa gini-gini terus.

Gw sedang mengalami rasa terkejut kali ya lebih tepatnya. Karena setahun kemarin gaji gw naik dan pendapatan sampingan gw lancar banget. Sekarang dihadapkan dengan gaji gw turun bahkan tanpa sampingan. Jadi setahun kemarin gw terbiasa hidup dengan pendapatan yang lebih dari cukup.

Padahal gaji gw sekarang lebih besar dari beberapa orang disekitar gw. Dimana mereka masih harus membiayai keluarga mereka. Nah gw membiayai diri gw sendiri masa masih kurang? Benarkan gw kurang bersyukur?

Besar atau kecilnya gaji itu relatif. Gw hanya masih belum terbiasa dari gaya hidup setahun kemarin dan sekarang sedang dalam kondisi hidup pas-pasan.

Hal yang cukup membuat dompet gw tipis adalah dalam tahun ini ada 3 temen gw menikah dan gw dipercaya untuk menjadi bagian dari hari bahahia mereka dengan memberikan gw bahan.

Gw tentu senang dengan hari bahagia mereka dan gw tersanjung bisa menjadi bagian, tapi ga bisa dipungkiri ketika kita terlibat, itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit dibandingkan ketika tidak terlibat yang cuma modal amplop ketika datang.

Pengeluaran ketika terlibat pada hari bahagia teman:
1. Jahit kostum, dimana ini harganya menurut gw lumayan menguras gaji gw saat ini.
2. Salon rambut juga lumayan loh.
3. Gw merias muka gw sendiri sih tanpa salon, tapi modal awalnya itu lumayan loh bo! Kalo salah satu perkakasnya habis itu harganya bisa seharga sekali salon. Tapi kan setidaknya bisa dipake ke beberapa kali acara ya alat2 make up ini. Walau intinya tetep mehong karena perkakas2 ini pun selalu habis secara bergantian.

Yah itu lah pengeluarn terbesar gw saat ini yang akhirnya membobol pundi-pundi tabungan gw. Bisa dibilang beberapa bulan kebelakang dan kedepan gw ngga bisa nabung dulu karena pendapatan lagi ngepas banget. Bahkan tabungan semasa rejeki lancar kemarin pun mulai terkuras.

Seperti quotes diatas bilang, syukuri aja. Uang ga bisa dipaksa untuk terus ada tapi rasa syukur harus selalu ada. 

Kemudian gw mendapat surprise lagi bahwa pertengahan tahun depan ada 2 sahabat gw menikah di luar kota. Nah ini lebih mahal lagi, make tiket bo! Kalo gw ngga nabung, ngga akan bisa gw pergi karena ga terbeli tiketnya. Kecuali pendapatan gw kembali membaik.

Yah itu tidak perlu dikhawatirkan lah. Jika Tuhan memberikan gw ijin untuk pergi, maka rejeki itu akan datang dan gw akan menghadiri acara nikahan 2 sahabat gw itu.

Ngomong-ngomong soal nikahan sahabat, ada satu hal yang gw sadari. Jujur gw bahagia begitu tau sahabat-sahabat gw akan menikah. Terlebih mereka menikah dengan pasangan yang mereka cintai ya, belom ada temen gw yang menikah karena paksaan.

Tapi gini. Semua kehidupan setelah menikah itu berbeda. Tidak ada lagi yang namanya nongkrong malem, tidak ada lagi yang namanya jalan-jalan dan liburan gila dengan teman. Setuju? Merupakan sebuah anugerah ketika sudah berkeluarga tapi tetep bisa nongkrong dan liburan bareng temen.

Ini menandakan teman main gw secara resmi berkurang. Yup, itu siklus hidup. Biar ga kehilangan dan merasa sepi sendiri harusnya gw mengikuti jejak mereka. Huff... Kembali lagi masalahnya ke 'pernikahan'. Tapi ya itu lah hidup.

Menikah atau tidak menikah itu menurut gw bukan keputusan tapi takdir. Sesuatu yang sebenarnya tidak bisa kita ambil alih sendiri dengan kemampuan kita. Kalo gw sih maunya menikah, tapi kalo ngga nemu yang pas? Atau kalo ngga ada yang tertarik sama gw, gimana?

Ya kita jalani saja lah. Kalo dibilang gw ngga kepikiran atau ngga mencoba, itu bohong. Gw kepikiran dan gw mencoba kok. Cuma mungkin ngga seheboh yang lain memikirkan dan mencobanya. Gitu lah, bhay!

Saturday, August 11

HARAPAN UNTUK MUI

Beberapa hari terakhir dunia perpolitikan Indonesia tercinta kita cukup menarik, dimana baru saja mendaftarkan diri 2 paslon capres dan cawapres untuk plipres periode 2019-2024. Gw? Tentu dukung Jokowi untuk 2 periode karena lawannya masih sosok yang sama yang tidak ada PERKEMBANGAN dari masa kekalahannya tahun 2014 silam. 

Yang paling menarik, cawapres yang disandingkan oleh Jokowi adalah salah satu sosok ulama yang berperan memecah belah rakyat saat pilkada DKI Jakarta 2017 lalu. Jujur saja awalnya gw kecewa, kenapa jokowi melakukan ini?

Dan pagi ini gw membaca sebuah postingan menarik dari seorang yang tidak gw kenal, inti postingannya seperti ini:

"Jangan pernah berharap Jokowi adu gagasan jika ingin menang dalam konteks pilpres 2019 ini kecuali lawan politiknya adalah lawan yang memiliki kapabilitas sebanding. Coba bayangkan jika cawapres Jokowi adalah Sri Mulyani dan Ma'aruf Amin menjadi cawapres Prabowo. Bisa bayangkan apa isu yang akan diangkat? Berita Sri Mulyani tidak memakai kerudung akan diangkat kepermukaan dan kemudian Jokowi kalah. Sederhananya, rakyat kita sebagian besar masih sebodoh itu."

Omaigat! Ini bener banget. Dan gw ga mau masa pilkada DKI Jakarta terulang hanya karena ngotot sok menjadi idealis. Rakyat DKI Jakarta yang katanya tinggal di kota dengan akses informasi mudah didapat aja masih bisa dibodohi dengan isu seperti itu. Gimana dengan rakyat Indonesia secara luas? Masih banyak rakyat kita yang tinggal di plosok. Dari yang sulit mencari tau hingga yang 'malas' mencari tau, itu semua ada. Tinggal para timses aja bergerak menyuapi mereka. 

Pilihannya:
1. Kasih mereka info dan data
2. Kasih mereka isu-isu SARA
3. Kasih mereka uang

Rakyat yang tinggal diplosok yang tidak tau apa-apa, tiba-tiba diminta suaranya untuk memilih presiden. Maka info-info yang mudah dicerna akan dengan cepat disebarkan oleh masing-masing kubu.

Info yang mudah dicerna? Ya SARA. Kalo mereka yang tinggal di plosok sana diceritakan tentang perkembangan ekonomi, pembangunan infrastruktur, persaingan global, dll mana paham.  Lagian butuh waktu lama untuk memaparkan itu semua. Butuh 1 Semester kalo ibarat kata dunia perkuliahan. Gampangnya ya sebar isu SARA. Atau, kasih uang. Selesai perkara.

Gw berharap dengan dipilihnya ketua MUI ini, tidak hanya sekedar menarik suara 'mereka' tapi bisa meredam perpecahan. Gw sangat berharap beliau bisa menjadi ulama yang turut menegakkan pancasila dan benar-benar membangun islam nusantara bukan islam bar-bar.

Semoga islam nusantara yang mayoritas ini dapat merajut perbedaan yang ada di Indonesia sehingga Indonesia bisa semakin kuat, menjadi bangsa yang besar dan menjadi negara yang disegani. Amin.

Friday, July 13

MAAF JIKA KURANG BERKENAN

Bisa dibilang satu sampai dua tahun kemarin pendapatan sampingan gw cukup lancar, bisa dibilang juga pekerjaan sampingan gw tidak berhenti dan bisa dibilang gw cukup makmur lah.

Namun hal ini membuat gw lengah dalam banyak hal. Gw lengah dalam hal kedekatan gw dengan Tuhan, gw lengah dalam hal menjalin relasi, gw lengah dengan kemampuan gw sendiri. Bisa dibilang gw terlalu sombong dan terbuai karena proyek datang sendiri tanpa gw ngapa-ngapain. 

Dan sekarang gw seret banget tanpa proyek. Proyek dikantor maupun proyek sampingan. Bener-bener ini bikin gw kembali flashback merenungkan kelalaian apa yang sebelumnya pernah gw lakukan sehingga keterpurukan ini terjadi. Hahahaha... Lebai.

Dan ini hasil gw merenung beberapa minggu terakhir. Oh, bahkan ada salah satu klien gw yang menolak melanjutkan kerjaan gw. Huuff...

Begini hasil perenungan gw:

1. Ini memang cara Tuhan untuk menegur gw dari kelalaian yang kemarin-kemarin gw lakukan. Karena saat masa-masa makmur kemarin, kemakmuran gw tidak berdampak untuk sekitar. Ibaratnya, pohon gw tumbuh rindang namun tidak berbuah. Dan 2 minggu terakhir ini, khotbah di gereja bahkan isi renungan harian, berturut-turut menyinggung tentang harta dan kekayaan dunia yang fana. 

Gw cukup pelit banget mengeluarkan uang untuk kebutuhan rumah walau sebenernya orang rumah juga ga butuh duit gw karena nyokap-bokap masih mampu membiayai. Tapi yang gw pelajari dari renungan tersebut, ini bukan sekedar masalah uang namun kepedulian.

2. Masalah kemampuan gw yang sebenernya masih terbatas. Hal ini gw sadari ketika gw tau bahwa drafter (tukang gambar) dikantor gw memiliki kerjaan sampingan yaitu membuat gambar rencana rumah tinggal, masjid, bahkan gedung sekolah. Kerjaan sampingan gw ya sama kayak mereka, tapi harusnya gw bisa lebih dari mereka karena gw Arsitek! Bukan sekedar membuat gambar namun gw harusnya mendesain. Membuat sebuhah solusi dari sebuah gambar bangunan!

Nah disini yang gw lalai dan gw anggap remeh dengan kemampuan gw. Ngapain mereka bayar mahal untuk arsitek memble macem gw kalo hasilnya sama dengan mereka tukang gambar lulusan STM yang modal kursus dan harganya bisa murah meriah?

Selama ini gw santai banget ngerjain semua kerjaan gw dengan anggapan "ah, udah bagus ini." Gw tidak memaksa otak gw untuk berfikir lebih keras menciptakan sebuah desain yang baik. Gw tidak banyak mencari referensi dan gw tidak memaksa diri untuk mencari tau.

Kalo gw biarkan kualitas diri gw seperti ini, ya jangan jual jasa dengan harga tinggi ya kan? Pantes aja kerjaan mandek. Mending mereka bayar yang lebih murah dengan kualitas yang sama. Atau mereka sekalian mencari yang kualitas tinggi. Maksudnya, jangan pasang harga arsitek kalo hasil karya gw masih setara dengan kualitas drafter.

3. Gw kurang baik menjaga relasi. Kadang gw berfikir bahwa gw terlalu keras mempertahankan argumen akan desain yang gw buat sehingga klien jadi males adu argumen dan menerima aja desain gw yang 'biasa banget'. Huumm.. Ini fikiran gw sih. Ga tau bener apa engga.

Kadang gw merasa desain orang keren banget dan desain gw jelek tapi kenapa klien bisa terima desain jelek gw? apa karena mereka males adu argumen sama gw? Hahahaha... Ini gw lagi rendah diri banget sama kemampuan gw yang biasa banget dan orang-orang kemampuannya luar biasa banget. Check portofolio desain gw di instagram [at]rh.prjct, menurut lo desain gw gimana? Biasa banget atau gimana? Hufff...

Karena lalai dan santai, gw sering banget menyerahkan kerjaan gw melewati deadline sehingga klien ngejar-ngejar dan gw jadi males-malesan karena dikejar-kejar. Padahal kan itu hak mereka dan kewajiban gw. Nah karena gw males udah dikejar-kejar akibat kelalaian yang gw buat sendiri, akhirnya gw jadi males bersikap ramah kepada mereka. Itu yang membuat ending dari beberapa pekerjaan gw hanya senyum "yes akhirnya selesai, bhay!" bukan yang senyum "woaaww... karya gw akan dibangun. gw akan mampir untuk silaturahmi ah beberapa bulan lagi.."

Ending pekerjaan gw tidak menjalin kerja sama yang berkelanjutan. Ini parah banget dan memang murni dari gw semua kelalaian ini. 

Cukup lah 3 poin diatas yang menjadi renungan gw beberapa minggu terakhir. Hingga beberapa hari lalu gw mencoba menghubungi salah satu klien gw tentang bagaimana kelanjutan kerjaan gw, namun dia memutuskan untuk menghentikannya karena dirasa kurang cocok.

Jadi gini ceritanya..

Gw diminta untuk membuat 3 dimensi dari sebuah lansekap. Lansekap ini udah ada bentuk 2 dimensinya, gw hanya diminta untuk membuat 3 dimensinya. Maka gw ajukan harga sesuai jumlah gambar atau view yang diminta. Ga begitu mahal lah. Singkat cerita kita deal, dia bayar DP lalu gw mulai kerja.

Gw serahkan pekerjaan pertama gw..

Gw melakukan beberapa modifikasi pada lansekapnya karena menurut gw, 2 dimensinya itu cupu banget cuma kotak-kotak. Gw akui modifikasi gw cukup modern untuk lokasi lansekap yang ada didesa. Lalu dia kritik bahwa tidak perlu modifikasi berlebih, maka gw kurangi.

Semua kritik dari dia gw coba terapakan dalam revisi 3 dimensi berikutnya. Setelah gw revisi sesuai arahannya, gw kirim hasil kerja gw, lalu dia tidak ada kabar.

Gw tunggu hingga beberapa minggu hingga akhirnya gw tanya tentang kelanjutannya. Namun dia bilang tidak cocok dengan gw dan meminta cancel saja pekerjaan ini. Lalu nanya, gw minta uang berapa untuk jasa cancel?

Karena harga diri, gw bilang tidak perlu dibayar jika tidak cocok. Namun gw bertanya, dibagian mana yang kurang cocok? Karena semua arahan dia sudah gw ikuti. Namun tidak ada respon, jadi ya sudah lah.

Mohon maaf jika mengecewakan. Gw sudah coba mengerjakan sesuai arahan, tapi jika tidak cocok, ya maaf. Mungkin ada beberapa masalah tutur kata kita yang kurang cocok sehingga gw kurang menangkap maksud dari arahan2 dia.

Huff... Kurang lebih gitu lah curhatan gw. Lagi menguras tabungan banget nih gw sekarang. Tabungan yang selama ini gw simpan dengan ketat, harus terpakai juga. Semoga sisa tabungan gw yang sedikit ini bisa bermanfaat untuk sekitar deh. Bhay!

Friday, June 8

26 TAHUN

Siapa yang sudah menunggu-nunggu cerita perjalanan ulang tahun gw yang pergi berpetualang seorang diri, ayo siapaaa?? Kamu? Kamu?? Hahahaha... Tidak ada. 

Gw buat blog ini biar kisah ceritanya bertahan aja, karena seiring berjalannya waktu kan ingatan kita melemah dan cerita ini masih ada tersimpan dalam blog. Hahahaha...

Oke, kita mulai cerita ulang tahun gw yang ke 26 tahun. 


Selasa, 5 Juni 2018

Gw cuma tidur 2 jam karena baru selesai packing beserta persiapan lainnya jam 00.00WIB dan baru bisa tidur jam 01.00WIB dimana 03.00 WIB gw sudah harus bangun karena pesawat keberangkatan gw jam 05.00WIB. Sedangkan gw lupa untuk checkin online 24 jam sebelum keberangkatan.

Tujuan gw kali ini adalah pulau Derawan, Kalimantan Timur. Dan menurut beberapa blog para backpacker yang gw baca sekilas, via Tarakan merupakan jalur dengan harga termurah. Jam 08.10 WITA gw sampai di Tarakan dan terpukau dengan kondisi bandara Juwata yang kecil dan ada pesawat capung. Hahahaha... Ini pertama kali gw melihat pesawat capung secara langsung.


Bandaranya sepi. Lalu gw mencoba bertanya kepada petugas bagaimana cara ke Derawan. Menurut arahannya gw harus ke Pelabuhan Tengkayu dulu. Bisa naik taksi, ojek atau angkot. Tapi saran dia naik ojek aja lebih murah daripada naik taksi. Sedangkan kalo naik angkot harus keluar bandara dulu.

Lalu gw lihat GPS dan ternyata ga terlalu jauh jalan keluar bandara. Gw memutuskan untuk jalan kaki keluar bandara, lalu naik angkot. Masuk kedalam pelabuhannya juga tidak terlalu jauh. Tapi semua orang lokal menyarankan untuk naik ojek karena kata mereka jauh. Hih, manja sekali mereka. Secara gw anaknya hemat, jadi jalan kaki aja laaahh...

Kemudian gw mencari tau bagaimana caranya untuk ke Derawan. 

calo 1: kemana mba?
gw: Derawan
calo 1: reguler atau carter?
gw: bedanya apa?
calo 1: kalo reguler 300rb tapi nunggu orang dulu, itu pun kalo yang mau ke Derawan. Biasanya itu ada hari Jumat, kalo Selasa gini jarang. Tapi nanti coba saya carikan.
gw: kalo carter?
calo 1: kalo carter sekarang langsung berangkat. mba bayar speed boat 1,5jt aja.
gw: humm mahal ya. yang regular ga ada yang lebih murah?
calo: ngga ada. emang segitu harganya.
gw: humm... 
calo: atau jalur darat? tapi lama.
gw: jalur darat gimana caranya?
calo: mba harus nyeberang dulu ke Tanjung Selor, lalu dari Tanjung Selor ke Berau naik mobil dan lanjut lagi ke Tanjung Batu naik mobil juga. Kemudian baru menyeberang ke Derawan. 
gw: hummm...
calo: waktunya bisa 6 - 7 jam kalo jalur darat. kalo naik speed boat langsung ke Derawan cuma 3 jam paling lama.
gw: hhmmm...
calo: gimana mba? mau naik yang mana? speed boat aja yang cepat biar saya carikan.
gw: hhmm...
calo: ayo mba harus berpikir cepat tentukan mau gimana? ayo ayo ayo!!
gw: (lah ni orang kenapa mendesak gw?) *dalam hati*
calo: ayo ayo gimana? Berfikir cepat mbak!
gw: saya ga harus beli tiket sama anda kan? saya mau tanya yang lain dulu.
calo: ...

Dan bener, semua yang gw tanyakan menyatakan hal yang serupa. Humm... Gw pun memutuskan untuk sarapan terlebih dahulu biar emosi gw bisa stabil. Kesel banget didesak sama calo 1.

Gw memilih untuk sarapan di warung koperasi dengan harapan mereka warung resmi dan akan memberikan informasi resmi. Tapi ya bener juga, semua yang diceritakan dalam warung koperasi itu pun sama dengan yang disampaikan para calo. Persis sampai nominal harga-harganya.

Saat sarapan gw disamperin warga lokal yaitu ka Stella Hutauruk! Hahahaha... Dia teman naposo sewaktu kuliah di Semarang yang memang berdomisili di Tarakan sejak lahir. Lumayan loh dia dateng dan gw bebas biaya kapal nyeberang ke Tanjung Selor.


Oiya. Jadinya gw menggunakan jalur darat karena tidak ada speed boat yang berangkat menuju Derawan pada hari itu. Jalur ini selain lebih mahal, tentu lebih lama. Seperti ini ceritanya...


Gw berangkat naik speed boat dari Tarakan ke Tanjung Selor dengan harga 110rb (dibayarin ka Stella), waktu tempuhnya satu setengah jam. Gw berangkat jam 11.00WITA dan selama perjalanan gw tetep mencari-cari informasi tentang rute ke Derawan. Tapi info tidak berubah dari mulut ke mulut sama semua. Jadi gw memutuskan untuk tidur saja.

Jam 12.30WITA gw sampai di Tanjung Selor dan kembali langsung digeruduk oleh calo. Kondisinya saat ini gw baru bangun tidur jadi agak ketus.

calo 2: Berau mba?
gw: iya.
calo 2: ayo 120rb langsung berangkat.
gw: saya mau naik angkot aja.
calo 2: ngga ada angkot ke Berau.
gw: *masuk toilet*
calo 2: ...
gw: *keluar toilet*
calo 2: ayo mba sekarang beangkat.
gw: loh, abangnya nungguin saya? Saya belum tentu sama abang loh. Saya kan belum bilang iya.
calo 2: ga ada lagi yang ke Berau.
gw: kemahalan bang.
calo 2: yaudah 100rb aja.
gw: nanti deh bang. saya mau makan siang dulu, laper.
calo 2: ...

gw kembali mencari warung makan untuk bertanya sekitar informasi menuju Derawan dan lagi-lagi informasinya sama, info harganya pun sama. Oke gw naik mobil warga dan bayar 100rb menuju Berau tapi dengan orang yang berbeda. Calo 2 sudah tidak ada, sepertinya dia sakit hati dengan jawaban ketus gw. 

Berangkat lah gw dengan seorang driver bernama Rendy. Gw merupakan penumpang satu-satunya karena semua penumpang sudah berangkat dengan si calo 2. Tapi karena si Rendy ini sekalian mau pulang ke Berau, maka tak apa lah gw seorang diri itung-itung bebas bensin katanya.

Perjalanan 2 jam menuju Berau melalui hutan, perkampungan dan jalan berliku. Banyak gw bercerita dengan si Rendy dan singkat cerita, ada penumpang ditengah jalan seorang ibu-ibu sekitar 50 tahun. Diangkut lah sama si Rendy. Gw pun membuka cerita dengan si ibu-ibu ini dan jadi akrab lah kita. Kita ditawarin buah-buahan yang dia bawa.

Rendy: mba bisa bawa mobil?
gw: bisa. kenapa? gantian kita? *becanda*
Rendy: iya lah. aku mau makan salak dulu.
gw: (anjir, beneran loh. hhmm.. oke lah mana tau bisa kurang harganya. sekalian coba jalanan di Kalimantan) *dalam hati*
Rendy: *minggirin mobil dan langsung keluar tanpa menunggu jawaban gw*
gw: lah beneran. oke baiklaahhh...

Gw langsung pindah ke kursi kemudi dan melaju lah kita. Selama gw nyetir, gw mengangkut 4 penumpang baru. Berasa jadi supir Kalimantan beneran gw. Gw pengen merekam atau foto saat nyetir tapi jalan di Kalimantan ini tidak memungkinkan untuk gw yang baru mencoba tracknya sambil main-main kamera. Terlebih gw bawa penumpang, rasanya gw bertanggung jawab atas nyawa mereka.

Jalan naik turun, mulus berliku, hanya dua jalur, sangat nikmat untuk dilaju kebut. Tapi resenya kadang tiba-tiba ada jalan rusak. Secara mata gw kan agak kurang baik untuk jarak pandang jauh, jadi sering terjadi rem mendadak. Malah itu mobil koplingnya kosong dan keras, remnya pun seperti sudah usang termakan usia. Harus diinjak dengan sungguh-sunggu baru rem itu menunjukkan kinerjanya.

Hampir lah sekali terjadi kecelakaan karena lubang tak terlihat mata dari jauh, lalu ada mobil dari lawan arah, lubang cukup parah dan tidak mungkin ditrobos. Bisa hancur mobil tua itu kalo gw trobos lubangnya. Gw rem sampe itu ban beradu dengan pasir di jalan. "sreeetttt...." Hahahahaha... Seru banget, parah!

Ga lama setelah gw nyetir, ibu-ibu yang umur 50 tahun itu minta plastik dan muntah-muntah lah dia. Dia bilang sih emang lagi sakit, tapi gw ga percaya. Kayaknya itu emang karena setiran gw deh yang buat dia mual. Huhuhu... Maaf ya bu.

Sampe lah gw di Berau jam 15.00WITA dan gw dioper sama driver berikutnya yang akan mengantar gw menuju Tanjung Batu sebelum akhirnya nyeberang ke Derawan. Driver ini bukan gw yang milih tapi tiba-tiba gw udah disuruh pindah aja gitu.

gw: berapa nih bang? ga kurang karena saya udah nyetir dan ambil penumpang?
Rendy: ngga mba. hehehe...
gw: oke lah.

Anjir gw dikerjain supir Kalimantan, suruh gantiin dia nyetir, kampret. Ga ada istilah teman di Kalimantan ini bah! Gw pun ga ngoyo karena gw mikirnya, perjalanan gw masih panjang dan harus melewati hutan pula. Jadi gw ga mau ambil resiko dengan membuat sakit hati seseorang. 

Gw pindah ke mobil pak Racak. 

gw: ini berapa pak ongkos ke Tanjung Batu?
Racak: sebenernya 170rb mba. Tapi karena mba nemenin saya nunggu paket jadi 150rb aja.
gw: humm... mahal juga.
Racak: emang segitu ongkosnya disini. Kita disini ga ada yang bohong-bohong soal harga mba, malu.

Oke, gw percaya aja karena beberapa kali bertanya mencari informasi, yang didapat selalu sama. Terlebih gw males nego karena kondisinya gw sudah dalam mobil dan gw akan berangkat malam. Demi keselamatan dan kenyamanan perjalanan malam hari di dalam hutan maka gw ga mau banyak ambil resiko. 

Tapi ini luar biasa nih. Gw sampe Berau jam 15.00WITA dan baru berangkat meninggalkan Berau menuju Tanjung Batu jam 21.00WITA. 6 jam gw nemenin si Racak ini nunggu barang, ambil penumpang namun tak ada satu pun barang dan penumpang yang jadi diangkut. Hufff... Untung saat mendekati ulang tahun kesabaran gw penuh.

6 jam gw ngapain? Muter-muter Berau ga jelas, bahkan ada tempat yang lebih dari 5 kali gw lalui sankin ga jelasnya muter-muter itu. Kemudian nongkrong dipinggi sungai entah apa namanya. Sungai besar yang ada kapal besarnya singgah. Sungai ini jadi tempat gaul warga setempat sepertinya karena sepanjang sisi sungai ramai dengan jualan makanan.

Pukul 21.00WITA kita berangkat meninggalkan Berau, dimulai dengan cerita horor. Si Racak carita kalo dia sering pulang tengah malam seorang diri. Kalimantan itu aman, tidak ada penjahat. Jadi kalo pulang malam tidak perlu khawatir. Paling kadang ketemu ular, babi hutan, macan atau mahluk halus.

Kemudian cerita berlanjut tentang teman SMAnya yang sekarang janda, lalu mantannya sewaktu kuliah yang ternyata wanita panggilan, kemudian kenakalan masa lalu hingga bisnis ilegalnya. Semua cerita gw tanggapi supaya:
1. Dia merasa dihargai sehingga gw terhindar dari resiko diturunin di tangah hutan
2. Supaya dia ga ngantuk

Tapi lambat laun ceritanya membuat gw was-was. Dia bercerita bahwa dia sempat kaya namun bangkrut karena main cewe. Dulu bandar Togel di Tanjung Batu dan dia bisnis minuman keras ilegal dari Malaysia menuju Samarinda. Dia cerita kalo dia pernah menolak untuk menjadi bandar sabu dan narkoba karena untungnya sedikit.

Racak: Saya pernah ditawarin jadi bandar sabu dan narkoba tapi saya tolak karena resikonya besar. gw: kenapa ditolak pak?
Racak: Cuma 200-300jt tapi resikonya hukuman mati. Kalo mau langsung besar aja 2-3M. Tapi mereka nolak karena tidak punya stok sebanyak itu. Yasudah saya tolak.
gw: Huumm.. *mulai berfikir* Wah, ngeri juga ini manusia andai semua ceritanya bener. Kalo ternyata gw diantar ke perdagangan manusia gimana nih lalu diselundupkan ke Malaysi? Malah udah malem dan ditengah hutan pula. Gimana ya cara gw kabur nanti kalo terjadi hal yang tidak baik? (Gw mulai berfikir cara menyelamatkan diri jika terjadi hal terburuk.)
Racak: tapi itu dulu. Sekarang saya sudah bangkrut karena wanita, saya mulai dari nol lagi.
gw: pelajaran ya pak, main wanita tidak baik.
Racak: iya, kapok lah.
gw: tapi jualan miras belom kapok pak?
Racak: yatidak tau, ini dulu saja saya jalani. 
gw: hahahaha...
Racak: saya pernah ditangkap polda Samarinda dan hampir dijebak intel. Mereka periksa rumah saya sampai plafon dibuka tapi alhamdulilah tidak ada bukti karena saya main bersih, tidak pernah bawa ke rumah. Akhirnya saya lolos karena tidak terbukti.
gw: humm..

disini yang lucu nih!

Racak: mba intel ya dari mabes Jakarta?
gw: ha? kenapa bisa mikir gitu pak?
Racak: saya jujur aja kalo dulu saya pernah bisnis ilegal tapi sekarang sudah tidak lagi.
gw: hahaha.. bukan pak.
Racak: mbak berani banget cewek seorang diri kesini. Pasti ini ada tugas atau ada tujuan tertentu.
gw: ngga pak. saya setiap tahun punya jadwal khusus untuk pergi sendiri. 
Racak: mbak nanya detail sekali. bener bukan intel?
gw: bukaann.. (gw nanya detail karena mau tau kira-kira beli miras murah bisa dimana? hahahaha..)
Racak: soalnya saya pernah hampir dijebak sama intel cewek, cantik dan saya sempat tergoda juga waktu itu. Untung ada yang kasih informasi "cewek yang duduk sama kamu itu intel" gitu.
gw: humm.. bukan, saya bukan intel.

Oke setelah dia salah mengira gw intel, gw malah sedikit lebih tenang. Soalnya cerita sebelumnya seperti menakut-nakuti. Dia menceritakan kehebatan bisnis dia dan itu bikin gw was-was. Begitu tau gw manusia biasa, setidaknya dia tidak lagi merasa terancam dan dia mulai cerita tentang keluarga, istri, anak dan orangtuanya.

Sampai lah di Tanjung Batu jam 23.30WITA dan gw langsung diantar ke sebuah penginapan.

Racak: Ini penginapan mertua saya, disini saja.
gw: berapa pak?
Racak: 100rb aja semalam. kamu bayar penginapan ke saya saja.
gw: oke.

Sepertinya dia ga enak karena udah membuat gw ikut menunggu sampe larut untuk sebuah paket dan penumpang yang tidak jadi ikut sehingga dia memberikan subsidi kepada penginapan gw. Langsung gw sambut umpan baik ini! Gw bayar penginapan sekalian untuk 2 malam beserta ongkos dari Berau ke Tanjung Batu, total 350rb. Gw bersih-bersih sebelum akhirnya tergeletak tidur tak sadarkan diri.

Oiya, sebelumnya gw ingin langsung menyeberang dan menginap di Derawan, tapi karena sampai Tanjung Batu sudah larut dan si Racak menjanjikan bahwa akan ada temannya yang bisa ditumpangi untuk keliling pulau besok pagi berangkat dari Tanjung Batu dan kembali lagi ke Tanjung Batu, maka gw oke aja menginap di Tanjung Batu untuk 2 malam. Dan menurut si Racak, keberankatan besok keliling pulau adalah jam 06.00 WITA dengan grup lain lain.


Rabu, 6 Juni 2018

Gw bangun kesiangan guys! Janji jam 06.00WITA tapi gw baru bangun jam 07.15WITA. Gw panik dan langsung menghubungi si Racak tapi malah direject. Oke lah, terserah si Racak. 

Gw menenangkan diri dan duduk rapih membaca renungan serta berdoa terlebih dahulu untuk mengucap syukur atas usia 26 tahun. Ini luar biasa karena isi renungannya tepat banget dengan hari ulang tahun gw! Intinya "kelahiran seseorang itu bukan merupakan sebuah kebetulan melainkan rencana Tuhan. Tuhan merencanakannya secara detail tentang kelahiran kita. Dimana kita dilahirkan, siapa orang tua kita dan siapa saudara kita. Semua sudah dirancang! Oleh karena itu jadi lah taat agar penyertaan Tuhan senantiasa bersama kita."

Pas banget ga sih renungannya tentang kelahiran? Itu membuat gw semakin percaya diri bahwa gw bukan orang sembarangan karena gw ada dibumi ini sudah direncanakan. Sehingga hari ini gw meminta bantuan Tuhan agar gw bisa berdampak sesuai rencananya. Amin.

Sudah selesai membaca renungan, gw kembali mencoba menelepon si Racak dan diangkat.

gw: halo pak, gimana?
Racak: iya nih saya bangun kesiangan. Tungga ya, sebentar lagi saya jemput.
gw: oke.

Sip, dia yang ngaku duluan kalo dia kesiangan. Jadi, kesalahan ada padanya. Hahahahaha... Gw pun segera bergegas secepat kilat dan menunggu di depan penginapan. Begitu datang kita langsung menuju pelabuhan dan..

Racak: ternyata teman saya berangkat keliling pulaunya dari Derawan, tidak mampir ke Tanjung Batu dulu.
gw: trus?
Racak: nanti kita lihat dulu siapa yang mau ke Derawan.
gw: hhmm...

Ternyata tidak ada yang mau berangkat wisata keliling pulau dari Tanjung Batu. Gw malah ditinggal sama si Rajak di pelabuhan dan dititip ke seorang tukang speed boat bernama Oni.

Oni: 100rb mba kalo nyeberang ke Derawan. Tapi kita nunggu dulu orang yang mau menyeberang ke Derawan. Kalo mba sendiri 150rb.
gw: saya mau trip reguler keliling pulau bang.
Oni: kalo hari ini sepi mba, ngga ada yang trip. Mba carter aja 1.5jt sepuasnya seharian, mba mau kemana dan pulang kapan.
gw: kemahalan bang, saya ga ada uang sebayak itu.
Oni: Yamemang segitu, karena pulaunya jauh-jauh mba.
gw: *senyum*
Oni: Kita nunggu yang reguler aja ya mba? Mana tau ada yang mau trip hari ini.
gw: iya.

Menunggu lah gw sekitar sejam dengan bercerita-cerita bersama warga lokal. Cerita tentang PON, Asean Games, membandingkan kehidupan di Tanjung Batu dengan Jakarta, dan lain sebagainya.

Oni: mba sepertinya tidak ada yang akan trip.
gw: ya mau gimana lagi?
Oni: masa jauh-jauh kesini ga ngetrip?
gw: saya ga punya uang kalo sejutaan bang.
Oni: nyebrang aja setidaknya ke Derawan mba.
gw: iya.
Oni: 150rb kalo sendiri.
gw: tunggu sampe ada orang aja bang, gpp. Toh ga buru-buru amat. Disana ga ngapa-ngapain kan cuma di Derawan? Jam 3 sudah harus balik juga ke Tanjung Batu.
Oni: iya sih.

Datang lah temannya yang sepertinya kalo dia kuliah, dia jurusan marketing kominukasi karena cukup jago menjual jasa temannya. Namanya Yusuf.

Yusuf: Gini aja mba. mba PP 300rb itu ditungguin sama temen saya, terserah mba mau pulang sampe jam 5 juga gapapa dianter lagi sampe sini. 
Oni: *ngangguk*
gw: *hening*
Yusuf: Tambah 100rb deh jadi 400rb. Mba ditemenin keliling sekitar pulau Derawan sama temen saya ini. Ada karang bagus, penyu dan pasir yang bersih sering buat selpi selpi orang disana.
Oni: *ngangguk*
gw: sudah termasuk masker snorkling?
Yusuf: gimana? termasuk ngga tuh?
Oni: Iya, saya pinjemin.
gw: *hening*

Kebetulan disebalah gw ada bapak-bapak temen gw cerita bernama Edison. Bapak ini menurut analisa gw paling parlente secara penampilan. Pakaiannya, cincinnya, alat telekomunikasinya dan cara berkomunikasinya baik.

Edison: Iya sudah itu kamu pergi saja daripada tidak kemana-mana?
gw: *hening*
Edison: Sudah murah itu, percaya sama saya. Kalo saya tidak ada urusan untuk bayar gaji karyawan, saya temenin kamu keliling. Tapi saya harus bayar gaji karyawan siang ini. 
gw: humm.. oke lah.

berangkat lah gw ke Derawan. Hal pertama yang gw lakukan begitu sampai Derawan adalah mencari warung makan karena gw belom sarapan. Cukup susah mencari warung makan di Derawan, selain karena sedang tidak ada wisatawan, ya karena bulan puasa.

Gw pergi ke warung yang menurut tulisannya menjual macam-macam seafood tapi yang ready cuma nasi goreng. Yawes, daripada perut kosongnya berlarut-larut?? Gw pesan lah nasi goreng.

Banyak cerita menarik dengan bapak warungnya. 
1. Awalnya dia tidak percaya gw orang Indonesia, tapi karena bahasa Indonesia gw lancar, jadi percaya.
2. Dia mencurigai gw bagian dari teroris karena gw pergi seorang diri dan mungkin karena muka gw seperti orang timur tengah. Mereka kebanyakan menganggap, orang yang pergi seorang diri itu pasti karena ada tugas.
3. Dia bilang kalo di Derawan, cewe merokok dan menggunakan pakaian dengan dada terbuka biasanya adalah wanita panggilan. Tapi ga lama kemudian istrinya lewat hanya dengan menggunakan BH dan sarung. Zzzz...
4. Warga setempat risih dengan wanita yang menggunakan bikini.
5. Cukup banyak warga Derawan yang menikah dengan turis asing. Kadang turisnya sampe nginep berbulan-bulan dan tidur satu kamar dengan warga setempat padahal mereka belum nikah, baru 'mau' akan menikah. Katanya itu urusan pribadi mereka, tidak bisa diganggu.

Poin 4 dan 5 sepertinya kontra dengan gw. Mereka warga Derawan kenapa harus risih rengan bikini? Mereka tingga di pantai dan itu daerah wisata. Harusnya mereka risih dengan warga Derawan yang tidur sekamar dengan wisatawan asing diluar stastus menikah!

Yaweslah langsung kita tinggal aja bapaknya karena gw mendapati ketidak konsistenan dalam pernyataan-pernyataannya. Kita mulai main air! Kita? Gw sendiri lebih tepatnya ya.. si Oni cuma nungguin gw dikapal karena dia puasa katanya.

Pertama gw bermain disekitar penginapan di Pulau Derawan. Di Derawan banyak penginapan panggung diatas air dan pembuangan limbahnya langsung ke laut termasuk si tinja. Sehingga gw agak ragu untuk berenang dan gw minta untuk ke dermaga aja yang walau jaraknya masih dekat tapi setidaknya cukup berjarak lah dengan penginapan.


Ikannya cukup lucu dan warna-warni. Ini dibawah dermaga loh ya bukan dibawah penginapan. Jadi agak jauh dari tinja. Hahahahaha... Ikannya suka banget ke bawah dermaga atau bawah perahu sehingga gw harus masuk-masuk kebawah. Enak sih dibawah dermaga itu adem, mungkin ikannya takut hitam ya..

Ada penyu juga, tapi ga sempat difoto karena begitu ada gerakan dia langsung melesat dengan cepat. Bener-bener cepet loh si penyu melesatnya.

Kemudian pindah lagi agak ketengah laut melihat karang yang besar dan bagus. Sebenernya sih bagus kalo cerah dan lagi surut. Tapi karena keruh, jadi si karang tidak terlihat warna aslinya. Dan untuk yang ini gw ga ada foto karena baterai kamera habis.

Setelahnya kita ke pulau pasir dan ini bagus banget, airnya jernih banget dan pasirnya putih banget. Walau gw sempat menemukan ada tokai dipinggiran. Sehingga gw tidak berani main air, hanya di pasir aja foto-foto.


Setelah itu pulang kembali ke Tanjung Batu. Huff.. 400rb lah untuk biaya cerita diatas. Gw belom puas sih ke Derawan. Karena niat gw sebenernya ke Derawan itu untuk mengunjungi Kakaban (ubur-ubur orange yang jinak) dan pantai cermin. Itu 2 destinsai yang sepertinya hanya ada di Derawan! Dan gw tidak mengunjungi keduanya, asli sayang banget.

Kedua tempat itu masih jauh kalo dari Derawan, sekitar 1 jam perjalanan sehingga butuh biaya lebih untuk menuju kesana dan ga masuk dengan dana gw. Haaahh, sayang banget. Tapi setidaknya gw sudah tau kondisi disana. Semoga ada rejeki lagi sehingga gw bisa kembali datang kesana.

Begitu sampai kembali ke penginapan, gw langsung pesen es teh manis di warung sebelah dan terduduk lemas lah gw. Gila, main di laut ngga bawa air putih itu kesalahan besar, dehedrasi parah! Sampe lemes gw begitu berdiri di speed boat mau pulang.

Lalu gw mandi dan pergi mencari makan disekitar penginapan. Karena hendak mencari yang dekat, jadi gw make handuk dikepala karena masih basah habis keramas. Dan gw menjadi pusat perhatian karena ternyata itu lokasi pusatnya Tanjung Batu. Huff... PD aja, turis mah bebas. Gw makan di cafe pantai. Namanya sih cafe tapi bentuknya warung juga.

Gw makan ikan bakar dan es milo sambil balesin ucapan-ucapan selamat ulang tahun yang telah masuk. Kemudian nambah teh tawar karena es milonya sudah habis. Makan dengan santai, lalu bayar.

gw: bu, saya mau bayar.
ibu cafe: minumnya dua ya?
gw: iya
ibu kafe: 50rb.
gw: *bayar*

lo merasa aneh ga dengan percakapan diatas? dia nanya minum gw dua tapi ngga nanya minum apa, kemudian 50rb. Harga es milo dan teh tawar, sama? Aneh banget. Haaahh jangan heran, semua biaya disana mahal. Harganya bisa satu setengah bahkan dua kali lipat dari harga di Jawa. APAPUN ITU!

Oke lah, gw kembali ke penginapan dan tidur. Besoknya jam 6 pagi gw sudah dijadwalkan oleh si Racak untuk berangkat kembali ke Berau bareng ibu kades. Maka gw bergegas tidur, takut bangun kesiangan lagi. Menurut kaca mata gw jika pergi bersama ibu kades, sepertinya urusan penting. Tak elok jika ibu kades menunggu.


Kamis, 7 Juni 2018

Gw bangun jam 05.00WITA dan segera bergegas packing kemudian jalan menuju pelabuhan untuk menunggu si Racak sembari menyaksikan matahari terbit.


Gw menunggu sampe jam 07.00WITA dan ternyata gw dioper ke temennya bernama Jefri. Tak masalah, jam 07.15WITA gw dijemput oleh temannya si Jefri. Humm... Ngga ngerti lagi deh gw kenapa dioper-oper gini.

Jam 08.00WITA baru lah gw bener-bener berangkat menuju Berau setelah menjemput ini/itu. Perjalanan pulang melalui rute yang sama, namun tidak ada tunggu menunggu. Dan di mobil ada yang muntah sepanjang perjalanan, huekz!

Kali ini perjalanan dari Tanjung Batu ke Berau hanya 100rb sedangkan kemarin sama si Racak dibandrol 150rb. Huummm gw ditipu, anjir. Si Racak ini beberapa kali tidak bisa dipegang ucapannya. Tp gw coba ikhlas karena dia sudah mensubsidi biaya penginapan gw.

Oiya, ada hal yang menarik ketika gw hendak menyeberang dari Tanjung Selor ke Tarakan. Kapal yang gw naikin kalo ini bisa dibilang cukup bagus, ada TV flat dan diputarkan film yang bagus tentang perompak dari Somalia. Tapi masa harganya sama 110rb dengan kapal gw berangkat yang ACnya pun menggunakan AC kamar?

Gw berasumsi bahwa mereka tidak tau bahwa ada harga yang berbeda untuk sebuah fasilitas dan kenyamanan. Sehingga mereka memukul rata semua harga yang penting sampe tujuan. Maklumi saja lah ya.

Gw sampai kembali ke Tarakan dan dijemput ka Stella dan diajak makan disebuah tempat makan yang pernah disinggahi Jokowi. Makan kepiting dan rasanya enaaakkkk.... Kepiting Soka Telur Asin. Kemudian ke rumah ka Stella sebentar untuk salam nyokapnya dan menjemput anaknya.


Setelahnya beli oleh-oleh yang dimana oleh-olehnya dibeliin ka Stella karena uang cash gw sudah habis, lalu melihat rumah ka Stella yang baru saja dibangun dan minta tolong gw buat desainnya.


Oke nanti aku coba buat desainnya ya kaa.. Tapi acara masukin rumah aku diundang ya bayarin tiket PP Jakarta - Tarakan?? Aku mau ke Derawan lagi, masih penasaran. Oke ka?? Hahahaha... Setelah ukur-ukur rumah, lalu gw diantar ke Bandara dan pulang menuju Jakarta.. Cuz!

Sampai Jakarta tidak ada yang menjemput karena ternyata Nyokap - Bokap lagi di Medan. Maka gw coba lah menggunakan kereta Bandara yang baru menuju Stasiun Batu Ceper yang deket rumah. Bagus Keretanya. Gw juga naik sky train kayak di Singapore. Kereennn...

Sampai lah gw di rumah dengan kesan:
1. Warga Kalimantan cukup keras dengan UANG. Tidak ada rasa iba jika pun ada yang kesulitan.
2. Mereka seperti itu karena memang biaya disana mahal dan mereka harus berjuang untuk itu.
3. Lagi-lagi semua bisa terjadi karena kurangnya peran serta pemerintah dalam kehidupan mereka, dalam wilayah mereka dan dalam lingkungan mereka sehingga mereka tidak mengenal apa itu subsidi.
4. Pendekatan sejam-dua jam tidak cukup membangun sebuah kepercayaan. Sebegitu rendah rasa percaya mereka terhadap pendatang. Gw belom tau untuk hal ini kenapa bisa terjadi. Mungkin semua kembali, money oriented.
5. Pakaian mereka bagus-bagus. Anak kecilnya tidak ada yang berpakaian lusu. Bahkan beberapa brand yang cukup populer melekat pada mereka. Dan itu asli cuy, karena pernah awak lihat teman awak memakai model yang sama. Atau jangan-jangan temen gw make yang palsu? Hahahaha...
6. Tidak ada pengamen, pengemis dan tukang parkir rese.
7. Tidak ada jambret/pencuri/begal karena mereka saling kenal satu dengan yang lain sankin sepinya penduduk disana. Tapi nipu-nipu dikit ke pendatang kayaknya lumrah.

Intinya gw tidak puas dengan jalan-jalannya tapi gw bersyukur diberi kesempatan untuk mengetahui kehidupan, watak dan karakter orang-orang di Kalimantan sana. Terima kasih Yang Maha Kuasa, teria kasih Alam Semesta!

Oiya, tunggu vlog gw ya. Dari vlog itu gw bisa sedikit memberikan gambaran visual dari cerita gw diatas. Sedangkan blog gw ini memberikan banyak cerita yang tidak bisa gw sampaikan dalam vlog. Jadi vlog dan blog ulang tahun gw yang ke 26 ini bisa saling melengkapi lah.

Sunday, May 13

TERORISME

TERORISME!

hhmmm... yap, itu judul yang tepat untuk tulisan blog gW kali ini. *brb, nulis judul dulu*

Hari ini (130518) berita duka melanda Indonesia terkait terorisme. Sebenernya ngga cuma hari ini, beberapa hari lalu (090518) Indonesia juga berduka akibat ulah teroris. Kita bahas sedikit yang kemarin ya..

090518, rumah tahanan mako brimob yang dimana sebagian bloknya menahan narapidana terorisme mendapat serangan dari dalam. Serangan dari dalam? Iya. Ratusan narapidana terorisme berontak bahkan menawan beberapa polisi. Mereka si bajingan ini memperlakukan tawanan mereka sangat keji seperti tidak punya hati.

5 meninggal dan satu selamat. 5 polisi yang meninggal ini disiksa terlebih dahulu sebelum dibunuh. Gw membaca beberapa keterangannya, ada yang dicongkel matanya, ada yang disayat-sayat badannya, digorok, ditikam dan ditembak. Tidak kalah mengenaskan, satu yang salamat adalah polwan juga mendapat perlakuan keju. Giginya dicabuti. Fuck!

Mereka benar-benar bajingan!

Sebenarnya tidak berhenti disitu, dua hari berikutnya ada pria yang diduga masih kelompok teroris datang ke mako brimob dan menikam brimob yang sedang jaga. Brimob yang tak siaga pun kehilangan nyawanya. Namun temannya dengan sigap menembak mati ditempat pria tersebut. Gila!

Tak juga berhenti, keesokan harinya muncul lagi 2 wanita bercadar yang hendak menikam penjaga brimob dengan gunting. Tentu 2 wanita sampah ini terlanjur ditangkap karena kurang mahir mungkin ya. Terlalu mencolok, make cadar. Gw rasa kalo mereka make bikini, itu penjaga brimob ga akan curiga.

Sedikit melenceng nih gw bahas mumpung kepikiran.

Kalian tau kenapa bayi dilahirkan telanjang dan dia tidak malu dengan ketelanjangannya? Karena mereka begitu suci, polos, otaknya masih bersih dan belum mengenal dosa. Sehingga dengan kepolosannya dia telanjang, hadir didunia tanpa malu. Nah yang tertutup ini berarti sudah menyadari dosanya dan sudah mengenal berbagai macam dosa, otaknya pun pasti sudah kotor. Semakin tertutup berarti semakiinnnn???? 

Oke, kita balik ke bahasan terorisme,

Gw cukup sedih sih melihat kejadian di mako brimob ini. Kekejaman yang dilakukan itu yang semakin membuat hati teriris. Ditambah lagi, kaum tanggal cantik kembali menggelar aksi membela ketidak-adilan dinegara orang.

Eh tai, negara lo lagi berduka dan lo kibar-kibar negara orang? Goblok!

Efek banyak baca novel detektif, pikiran gw memang sering terbawa oleh kisah yang ada di novel-novel. Jadi gw pernah baca sebuah novel politik. Dimana ceritanya ada sebuah politisi yang hendak memainkan isu. Dia ingin membuat kisruh sebuah negara dengan membuat kekacauan dibeberapa daerah / kota besar untuk mengguncang rezim saat itu.

Cara dia memulai dengan membuat kejadian disebuah kota. Dimana saat kejadian ini terjadi dan beritanya mulai disebar oleh media, ini sebagai pertanda untuk daerah lain turut memulai aksinya.

Dan seperti disambar geledek, ga lama setelah kekisruhan di mako bromib, terjadi bom beruntun di 3 gereja di Surabaya. Asli gw kemarin sempet berfikir gimana jika kisah di novel terjadi beneran dan ah semoga tidak ada aksi terorisme susulan setelah bom di Surabaya hari ini.

Gw dapet info bahwa polri sudah menyatakan INDONESIA SIAGA 1 TERORISME! Semoga ini benar ditindak lanjuti oleh petinggi karena walikota, presiden, kepala BIN, menkumham, kapolri dan panglima sudah datang meninjau lokasi. Semoga ini pertanda bahwa tidak ada tolerensi untuk teroris!

Jika kembali kepada agama, agama gw Kristen Protestan. Tentu di agama gw tidak diajarkan membunuh. Begitu juga di agama lain (agama yang diakui di Indonesia).

Di agama gw, tidak diperbolehkan untuk mengeluarkan sumpah dan kutukan dengan gamblang dari mulut. Dan ini sangat gw patuhi, walau mulut gw masih sering berkata kasar/koto. Tapi kutukan itu rasanya sangat dasyat kuasanya sehingga gw tidak mau mengutuk siapa pun.

Dan di agama gw, diajarkan untuk mengampuni musuh bahkan mendoakan mereka. Oh Tuhan, berat sekali sabdaMu. Aku belum bisa melakukan ini, maaf. Aku tidak tau apa yang harus aku doakan untuk mereka teroris bajingan. Daripada aku mendoakan mereka akan hal buruk, lebih baik aku tidak mendoakan mereka.

Aku mendoakan Indonesiaku ini. Aku mendoakan pemimpin negeri ini. Aku mendoakan aparat penegak hukum. Aku mendoakan para korban dan keluarganya. Aku mendoakan lingkunganku. Aku mendoakan keluarga dan teman-temanku. Tapi maaf, aku belum sanggup berbesar hati mendoakan teroris. Bye.

Friday, April 27

KANTOR SANTAI

Aaaaah!

Ku ingin berteriak, teriak, teriaaaakkk....!!!

Temen kantor gw yang seumuran dan sejurusan (arsitek) satu demi satu resign! Hah, ada banyak alasan untuk resign tapi hanya ada satu alasan yang membuat gw tetap bertahan. Dimana satu-satunya asalan gw ini sedang gw pertimbangkan sekarang. Haaahhh... Labil lagi deh nih gw tentang kerjaan.

Semua hal yang ada diartikel-artikel "ALASAN KARYAWAN RESIGN" itu ada dikantor gw ini. Dan hanya satu alasan yang membuat gw bertahan, yaitu: KANTOR GW INI SANTAI BANGET!

Bahaya ga sih lo kerja ditempat santai? Iya lah bahaya.

Tapi gini. Gw sangat memanfaatkan santainya kantor gw ini dengan berbagai macam kegiatan diluar yang dimana kalo gw bilang, gw tidak kehilangan gejolak masa muda gw. Semua rasa penasaran gw, masih bisa gw kejar disaat lo punya gaji tetap ya walaupun nominalnya ngga seberapa dibanding temen-temen gw sekarang. 

Sankin santainya kantor gw, gw pernah ikut acara TV yang petulangan-petualangan itu. Gw bolos kerja dan keluyuran itu sering banget. Nah ini gw bolos untuk dibayar. Ini pengalaman yang ngga bisa lo dapetin kalo lo kerja di kantor yang sibuknya macem kesibukan kabinet kerja. Atau dikantor yang pelit ijin. Jangankan ijin, ini gw nyelonong aja ngga masuk tanpa ijin.

Sankin santainya kantor gw, gw punya pekerjaan sampingan yang tentunya masih dibidang arsitektur juga, yang dimana gw sering masuk kantor setengah hari karena ngurusin kerjaan sampingan gw ini. Gila ga tuh? Bisa ga lo melakukan hal ini kalo lo kerja dikantor yang disiplinnya kayak sekolahan yang jam masuk dan pulangnya konsisten?

Iya dikantor gw juga ada jam masuk dan pulang kantor, tapi itu tidak berlaku untuk gw dan yang terpenting hingga saat ini gw masih bisa menyeimbangkannya sehingga belum mendapat teguran yang berarti karena kehadiran gw yang 'antara ada dan tiada' dikantor ini sering tidak disadari. Hahahaha...Gw sengaja sih membuat diri gw tidak menonjol agar ketidak-hadiran gw bisa lolos.

Sankin santainya kantor gw, gw pernah sibuk banget di acara IAI (Ikatan Arsitek Indonesia) dan hal ini membawa gw ke posisi dimana gw bisa dekat dengan mereka arsitek-arsitek kondang Indonesia! Bisa ga lo hilang dari kantor berjam-jam seperti kelakuan seorang bos untuk mengikuti sebuah forum resmi dijam kantor? Nah di kantor gw sekarang ini bisa banget!

Kembali lagi, selama lo bertanggung jawab dengan kerjaan lo dan lo bisa mengatur semuanya dengan baik, semua pengalaman diatas gw jalani di kantor gw sekarang. Dimana rasa-rasanya agak sulit gw dapatkan ditempat kerja lain.

Jadi menurut kalian, KANTOR SANTAI ini cukup kuat ga untuk jadi alasan kenapa gw masih bertahan?

Monday, April 23

KEHIDUPAN KANTOR

Gw mau ngetik tapi ngga punya topik apa yang mau diketik. Hhhhmm... Mari gw coba apa ide menulis gw bisa selancar dulu? Hhhmm... 

Oiya. Gw mau cerita tentang kehidupan kantor gw aja.

Gw termasuk orang yang suka membagikan kegiatan gw di media sosial terkhusus instagram story. Dan beberapa waktu lalu, pertanyaan yang sering muncul dari teman-teman gw ketika melihat instastory gw adalah:

1. Lo ga kerja rin?
2. Gila lo liburan mulu.
3. Jam segini masih di rumah?
4. Lo kerja apa sih rin?
5. Anjir kantor lo suka-suka banget.

Nah yang berbeda dari pertanyaan teman-teman gw ketika melihat instastory gw belakangan waktu terakhir adalah:

1. Cie kerja..
2. Tumben kerja.
3. Ko betah banget di kantor?
4. Kerja mulu sih kakaaa..
5. Sibuk bangeettt...

See? Kalian bisa melihat perbedaannya? Kenapa hal ini bisa terjadi? Ya karena kebetulan gw lagi ada deadline aja. Dan ini deadline pertama gw setelah 3 tahun kerja di kantor ini. Gila ga tuh? Kantor apa? Rahasia. Ini rahasia karena:
1. Kasian kantornya kalo gw sebut namanya
2. Gw malu nyebutnya.

Ya deadline kecil-kecil sih pernah beberapa kali. Bedanya, ini gw yang pegang tanggung jawab langsung. Sedangkan selama ini kan gw cuma jadi kacung yang kerja sekedar aja. Nah ketika diberi kepercayaan untuk ambil kendali dalam sebuah pekerjaan, ya gw beusaha untuk bertanggung jawab aja. Walau jujur, masih banyak cacatnya ini kerjaan gw. Masih belum maksimal.

Belum maksimal? Lo lembur berhari-hari masih belum maksimal?

Iya. Gw lembur itu banyak korupsi waktunya cuy. Gw masuk kantor siang, gw sering hilang dari kantor, gw sering ngerjain kerjaan luar dan lain sebagainya. Jiwa gw dikantor tapi otak gw itu mencar cuy. Jadi bisa dibilang, gw lembur itu untuk membayar ketidak-fokusan gw di siang hari. Ya gitu deh, ga maksimal.

Tapi kalo ga gitu, hidup gw monoton cuy. Andai gw cuma riweh dengan kerjaan kantor, gw bisa gila karena bosan dengan kemotonan.

Entah kenapa bulan kemain rasanya seru banget. Deadline kantor, kerjaan sampingan dan kegiatan asosiasi tuh berentet gitu. Ditambah gw harus ikut pelatihan ini dan itu. Rasanya hidup gw penuh warna banget. Capek? Pasti. Tapi gw menikmati. Gw selalu menikmati kesibukan.

Dan bisa gw bilang, gw masih belum maksimal karena gw masih banyak membuang waktu untuk bermalas-malasan. Bayangkan, disaat kesibukan begitu padat gw masih sempat bermalas-malasan! Gw yakin harusnya gw bisa lebih baik lagi dalam memanfaatkan waktu sehingga tidak perlu lembur-lembur seharusnya. 

Tapi ya namanya juga rasa malas, sulit dilawan. Penyakit mengundur-undur waktu itu kayaknya udah mendarah daging. 

Huff... Ini aja deh tulisan gw hari ini. Ada lagi sih yang pengen gw ceritain. Tapi masih terlalu dini kalo gw ceritain karena baru kejadian tadi sore, belom sempet gw renungkan. Nanti kalo udah gw renungkan dan menurut gw layak untuk diceritakan, maka akan gw tuliskan diblog ini.

Hahahaha... Macam semua cerita ini layak aja. Hah. Suka ku lah! bye.

Sunday, March 11

CURHAT

Gw mau curhat tetang kehidupan gw sekarang ini. Gw akan membeberkan apa yang gw syukuri, apa yang gw sesali, apa yang menjadi kekhawatiran gw dan apa yang sedang menjadi pengharapan gw.

Kalo dihitung 25 tahun gw hidup, tentu banya sekali hal yang gw syukuri. Tapi kalo spesifik untuk sekarang ini, hhmm...
1. Gw bersyukur karena gw punya orang tua yang masih mempu menyokong hidup gw disaat pendapatan gw pun kurang mampu memenuhi standar gaya hidup gw yang sebenernya ngga hedon-hedon banget. Bisa bayangin kan seberapa kecil pendapatan gw? Hahahaha...
2. Gw punya gawai yang gw impikan. Iphone dan macbook. Gw ga usah sebut tipenya tapi cukup untuk menopang kinerja gw walau harganya tidak cocok dengan gaji kerjaan gw. Hahahaha... Lagi-lagi, orang tua gw yang ada dibelakang gw.
3. Gw bersyukur masih diberi kesehatan dan keluarga yang lengkap.
4. Gw bersyukur masih diberi kepercayaan untuk mendesain rumah temen, masih diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan yang dimana sebenernya gw belum layak untuk pelatihan itu tapi gw dilayakkan.
5. Gw bersyukur lingkungan gw masih mau menerima gw.

Yang gw sesali? Hhhmm kalo melihat 25 tahun gw hidup, justru tidak ada yang gw sesali dari masa lalu. Karena gw mudah memaafkan masa lalu dan lebih tepatnya mudah melupakan masa lalu. Tapi untuk sekarang, hhmm...
1. Akhir-akhir ini gw sering menyesal karena tidak bisa menjaga komunikasi atau menjaga relasi dengan baik.
2. Gw menyesal untuk terlalu menunjukkan siapa diri gw dilingkungan kantor. Yang gw tunjukkan adalah murni kelakuan / karakter kekanak-kanakan gw sehingga terkadang gw sulit untuk menjaga wibawa gw. Oke lah wibawa masih belum cukup penting untuk posisi gw sekarang karena gw masih kroco. Tapi gw capek menanggapi kekonyolan orang-orang yang sama sekali ngga lucu malah nyebelin, ganggu. Mereka merasa bisa konyol sama gw kapan dan dimana pun. Gw kasih tau ya, gw hanya bisa konyol ke orang tertentu. Plis kalo ngga akrab2 banget ga usah sok lucu deh. Sayangnya saat gw menunjukkan kekonyolan gw ke orang tertentu tersebut, dilihat sama orang banyak. Haahh!

Kekhawatiran gw sekarang, hhmm...
1. Gw khawatir ngga punya temen. Seperti penyesalan yang gw sebutkan, gw kurang baik menjaga komunikasi dan relasi. Gw mulai sulit mencari teman nongkrong. Ya mungkin karena kesibukan masing-masing juga kali ya? Semua beranjak dewasa dimana prioritas bukan lagi teman melainkan pekerjaan dan keluarga. Gw takut kesepian.
2. Pacar? Ah gw kesel sama perkara yang satu ini. Entah kenapa yang satu ini masih belum menjadi prioritas gw disaat umur gw sudah rawan tapi masih tidak punya pacar. Terkadang hanya sekilas terlewat di angan, tapi ngga sampe seminggu gw udah melupakan angan-anagan untuk berpacaran. Gw jadi khawatir, sampai kapan ini akan berlangsung?
3. Gw khawatir kalo nyokap bokap pesiun (satu setengah tahun lagi), gw ngga punya penghasilan cukup untuk membantu pengeluaran di rumah. 

Harapan?
1. Dari kekhawatiran gw akan masa pensiun nyokap bokap, sebenernya gw memiliki sedikit harapan di kantor gw saat ini. Yap, sedikit. Sangat sedikit. Harapan ini pun masih presepsi gw, hasil pengamatan gw yang sewaktu-waktu bisa saja tidak lagi menjadi harapan. Tapi ya namanya juga harapan. Kita bawa dalam doa saja. Halah.
2. Gw sekarang sedang mencoba menjadi 'motor/mesin' untuk menghidupkan aset orang tua agar tidak menjadi aset mati. Tentunya dibantu abang gw dan donaturnya tetep yang punya aset, orang tua. Dengan harapan, setidaknya ketika mereka pensiun mereka masih punya pemasukan walau tidak seberapa.
3. Gw dikenalkan oleh seorang pria yang untuk pertama kalinya, gw merasa pria ini oke. Tapi permasalahannya, seperti penyesalan gw yang gw sebutkan, gw kurang baik menjaga bahkan membangun komunikasi / relasi. Haaahh... Ya gitu deh ngga ada kelanjutan cuma kenalan gitu aja. Hanya bisa berharap supaya gw bisa diberi mujizat untuk bisa berkomunikasi dengan baik.

Gimana curhat gw? Standar ala-ala gadis jomblo cupu usia 25 tahun dengan karir yang stagnan kan? Haaahhh... Semua curhatan ini cukup bisa menggambarkan kah? Bahwa diri gw ini sedang ada dimana gw hidup tanpa motivasi. Hanya menjalani hari yang silih berganti. Semoga tiba-tiba ngga mati. Bye.

Wednesday, February 28

SEKIAN

Gw ngga punya temen, gw kesepian. 

Sekian.

Wednesday, January 10

INSTAGRAM

Siapa yang tidak tau tentang Instagram? Kalo anda ngga tau, please close this page. Karena ga guna juga lu baca blog gw ini. Walau blog gw yang lain juga sama, ngga ada gunanya dibaca. Haaahh... Gw heran kenapa ada aja yang baca blog gw. Tapi gw bukan mau bahas blog gw yang tiada guna ini, melainkan gw mau bahas tentang Instagram.

Instagram merupakan salah satu media sosial yang gw punya dan paling sering gw buka, gw mainkan.

Jadi gini, gw sering banget melihat orang yang selalu nyindir2 bahwa instagram adalah media untuk pamer. Lantas kenapa masih lo gunain? Karena lo juga ga mau ketinggalan pamer kan??

Ada lagi orang yang lebih sirik bilang kasian sama mereka yang mukanya jelek dan ga punya uang untuk jalan-jalan sehingga tidak punya postingan menarik untuk diposting di Instagram.

Gini deh. Sepicik itu kah kalian melihat hidup orang lain? Sekedar fisik wajah cantik dan tempat-tempat menarik yang butuh duit lebih untuk menujunya? Kalo lo melihatnya seperti itu, bisa gw simpulkan seperti itu juga alasan lo menggunakan Instagram.

Serba salah memang. Posting yang senang2 nanti dibilang pamer, posting yang sedih2 juga pasti malesin. Gw sih males liat postingan orang yang isinya kesedihan terus menerus. Karena hidup kita sudah sedih jadi buat apa tau kesedihan orang lain juga? Lagian mending berbagi kebahagiaan dari pada kesedihan. Lalu kita harus posting apa? Mending elu aja deh yg ga usah punya Instagram.

Semua tergatung sudut pandang dan kreatifitas lo dalam menggunakan Instagram. Instagram itu media paling asik untuk saat ini. Ketika kita punya foto/video kece, kita bisa posting di fitur utamanya. Ketika kita punya pengalaman menyenangkan/konyol/unik walau ngga kece, kita bisa posing di InstaStory yang 24jam hilang.

Tergantung gimana kreatifitas lo memandang kehidupan aja sih. Semua bisa terlihat menarik tidak harus karena jalan-jalan mahal atau wajah cantik. Maka itu juga disediakan teks yang setidaknya lo bisa bikin tulisan yang menarik.

So, come on guys. Jangan sirikan lah jadi orang, kreatif dikit aja untuk bisa pamer bahwa hari-hari lo masih ada sisi menyenangkannya. Daaannn, PD aja untuk posting kegiatan2 lo. Banyak tuh yang isi Instagramnya ga menarik tapi dia PD untuk posting. Lantas, apa hidupnya sedih? Kaga! Lu aja mendramatisir seolah2 mereka sedih karena postingannya ngga menarik atau karena postingannya sepi.

Haaaahh... Masih ada aja di 2018 ini Instagram dibilang media pamer.Bye lah.