Kali ini gw mau membeberkan hal-hal yang meyakini diri untuk mundur, karena selama ini sudah gw toleransi dan tidak ada alasan gw untuk maju ketika dia sudah mengungkapkan pesimis.
1. Secara fisik, gw selalu membayangkan pasangan yang lebih tinggi dari gw sedangkan dia tidak lebih tinggi dari gw. Selama ini gw mencoba menerima dengan melihat beberapa contoh figur publik yang perempuannya lebih tinggi dari prianya. Ga terlalu masalah sebenarnya karena beda tipis, tapi gw berharap pasangan gw di masa depan lebih tinggi dari gw dan tentunya dengan badan yang sehat.
2. Selama ini gw mencoba menerima beberapa kisah masa lalu dia yang bukan saja kurang baik tapi sangat tidak baik. Gw mencoba meyakini diri gw dari tindakan dia setiap harinya bahwa dia sudah berubah dan itu beneran gw lihat begitu pun dari lingkungannya.
Pertengkaran pertama gw itu, karena dia emosi maka dia ada mendekati salah satu dari masa lalunya dan itu membuat gw murka, sangat murka! Bukan cuma lingkungan dia, lingkungan gw pun dekat dengan itu semua tapi dia adalah contoh tolol yang terjerumus!
Untuk masa lalu, semua orang punya masa lalu jadi gw tidak terlalu fokus dengan masa lalu mereka walau itu penting untuk gw ketahui tapi gw sangat mengantisipasi efek dari masa lalunya. Gw berharap pasangan gw di masa depan sudah selesai dengan masa lalunya.
3. Titik terlemah gw sudah pernah gw ceritakan ke dia. Gw sudah memberi tau semua kekhawatiran gw untuk masa depan karena ga semua orang bisa tau ketakutan-ketakutan kita, bahkan keluarga gw aja ga tau itu karena sangat personal.
Karena gw berfikir dia akan menjadi bagian dari sisa hidup di masa depan lah makanya gw kasih tau dan memang bukan tugas dia untuk merubah pikiran gw akan semua ketakutan-ketakuutan itu, tapi ketika dia tidak yakin dengan hubungan ini maka tidak ada alasan gw untuk yakin sama dia karena gw sudah kehilangan rasa aman gw sama dia. Gw berharap pasangan gw selanjutnya bisa meyakinkan dan memberikan gw rasa aman supaya gw bisa mengutarakan seluruh perasaan gw, tidak ada lagi yang gw tahan.
Jujur, setelah gw renungkan, ternyata masih banyak perasaan yang gw tahan. Dia beberapa kali memang bilang untuk gw bisa ekspresif tapi ternyata secara tidak sadar, gw tidak bisa terlalu lepas ketika gw belum merasa aman. Gw belum pernah menceritakan apa cita-cita gw dan bayangan gw kedepan.
Beberapa kali gw pengen bahas itu untuk menyatukan bayangan masa depan bersama tapi entah kenapa momennya ga pernah dapat. Gw merasa sepertinya bayangan masa depan kita tidak sama sehingga gw masih menahan diri dan tidak mengungkapkan itu semua sampai sekarang. Gw ga tau pastinya tapi setiap gw mau bahas itu, perasaan gw menolak. Semoga pasangan gw di masa depan adalah pasangan yang bisa membuat gw merasa aman sehingga gw bisa menunjukkan semua sisi gw dan kita bisa saling membangun dan saling mendukung cita-cita untuk masa depan bersama.
4. Kata-kata dia sering kali abu-abu. Dia bilang terserah kalau gw mau malakukan, lalu gw lakukan dan dia marah. Lalu beberapa kali mengungkapkan sesuatu yang bertentangan dengan yang pernah dia ucapkan sebelumnya. Saat mau beli barang yang cukup mahal dia yakin Tuhan akan kasih rejeki, tapi begitu bahas biaya pernikahan dia ga berani karena belum ada rejakinya. Dia pernah bilang kalo atasannya percaya sama dia karena dia selalu melakukan apa yang dia katakan tapi beberapa contoh diatas aja ngga dia lakukan. Belum lagi janjinya dari pertengkaran pertama yang tidak dia lakukan.
Semua ungkapan cinta dan sayang yang pernah dia katakan itu jadi sia-sia buat gw. Gw pernah bilang, jangan terlalu kamu habiskan cinta kamu di awal karena perjalanan masih panjang tapi dia yakin dengan perasaannya saat itu yang ingin dia ungkapkan. Nah kalo tiba-tiba mundur gini, apa iya gw harus yakin sama dia? Semoga pasangan gw di masa depan bisa konsisten dengan perasaannya dan dewasa secara emosional - tidak asal bicara.
5. Mungkin ini terakhir, gaya dia ketinggian untuk finansial dia saat ini. Ini udah lama gw lihat dan ga gw gubris karena bisa menyinggung ego pria kalo soal finansial. Gw mencoba menerima dengan mengimbanginya. Kalo dia lagi ngeluh uang, gw tidak terlalu ribet minta ketemu karena pengeluaran kalo ketemu itu lumayan besar. Jadi gw nunggu aja kapan dia ngajak ketemu, berarti ada uangnya dan sudah dia pertimbangkan. Saat bertemu pun gw lihat kondisinya, kalo agak ringan raut wajahnya berarti ada uang. Kalo lagi kusut berarti lagi ngepas maka gw ajak makan di pinggir jalan aja.
Balik bahas finansial, dia pernah minta pendapat gw ketika dia ingin membeli sebuah barang yang cukup mahal namun gw sarankan untuk tidak membelinya karena gw lihat sejauh ini, dia tipe orang yang sangat mudah mengeluarkan uang tapi tidak bisa mengelola dimana cicilan barang ini bisa menghancurkan keuangan dia terlebih masih ada rencana menikah dengan biaya yang tidak kecil, jadi gw sarankan kalau itu tidak pelru.
Gw ga langsung larang tapi gw kembalikan, yakin sanggup komitmen dengan cicilannya? Jangan sampai, karena cicilan ini jadi mengubah kebiasaan seperti jadi gila kerja atau asal ambil kerjaan dan jadi pelit padahal biasanya baik, karena barang ini tidak terlalu penting. Dia sudah punya hanya ingin upgrade yang gw rasa belum perlu. Dia mencoba meyakinkan gw kalo dia sanggup. Akhirnya dia tidak jadi beli walau alasannya tidak seperti saran gw, tapi yaudahlah.
Amsyongnya, begitu bahas pernikahan yang biayanya tidak lebih mahal dari barang tersebut, dia merasa tidak mampu. Tai ga tuh? Gw sudah pernah bilang kalo gw ga mendesak untuk nikah cepat, nabung dulu aja. Sesantai itu loh gw, tapi dia yang mau buru-buru nikah.
Gw pernah sekali coba kasih saran untuk lebih hemat, nabung kecil-kecil sebelum dapat success fee. Karena selama menunggu success fee itu, tabungannya terkuras akibat boros. Kapan ketabungnya yakan? Eh nada dia malah naik. "GA USAH LAH KAU URUSI ITU! JANGAN KAU KHAWATIR!" katanya. Tapi chat terakhir dia malah pesimis dengan biaya pernikahan. Bingung ga lo? Dia yang ngebet nikah, dia yang pesimis. Gw berharap pasangan gw di masa depan bisa berfikir efisien. Ga cuma mikir semalaman tapi hasilnya mundur.
tambahan: Doa gw untuk pasangan hidup, Tuhan berikan pasangan yang takut akan Tuhan, baik, bertanggung jawab, bisa diandalkan, bisa dibanggakan, bisa menjadi teman cerita sampai tua dan mau sama-sama bertumbuh.
Sembari dengan itu gw pun terus memperbaiki diri agar gw bisa menjadi pendamping yang layak disayangi dan dicintai. Bisa menjadi menantu, ipar terlebih ibu yang baik untuk anak-anak gw kelak.
Jujur, gw bertemu dia disaat gw sedang ada di titik terendah. Gw ga tau hidup untuk apa kalau hanya seorang diri. Lalu dia datang dengan segala upaya dan gw kembali mencoba mengaktifkan diri lagi karena saat itu gw berfikir akan memiliki pertner hidup. Gw kembali olahraga, gw kembali mengisi tubuh dengan nutrisi, gw kembali merawat tubuh, gw mencoba merawat mental gw agar siap untuk berumah tangga dengan pergi ke psikiater, gw kembali aktif di kehidupan sosial supaya wawasan gw kembali berkembang, tapi saat semua itu baru gw mulai kembali, dia mundur.
Dalam hubungan kemarin gw memang tidak royal soal uang karena awal-awal pacaran dia pernah ngasih uang dan gw marah karena menurut gw, ga ada kewajiban ngasih uang ke pacar. Lebih baik uang itu untuk biaya ngedate aja. Lalu beberapa kali di awal hubungan, gw pernah mau bayar makan tapi ditolak sama dia. Pernah juga saat rekeningnya kosong karena belum ditransfer, gw bilang pake uang gw aja tapi dia ga mau. Jadi gw ga pernah menawarkan diri lagi. Ya, bisa dibilang gw sangat hemat selama 9bulan pacaran sama dia.
Humm.. Gw belum pernah ngasih barang juga ke dia. Gw lebih suka memberikan sesuatu itu sesuai momen supaya ada ceritanya. Entah kenapa setiap kali gw udah list barang yang mau dibeli untuk gw kasih di momen tertentu, tiba-tiba kita bertengkar dan momen itu terlewat. Itu beberapa kali terjadi. Kayak natal ini contohnya, gw udah list beberapa barang untuk jadi kado natal tapi kita putus.
Yah memang pas juga ga perlu beli karena gw sedang menghemat pengeluaran gw. Tabungan gw ga banyak dan gw juga butuh tabungan untuk pernikahan gw kelak, tapi sebagian besar pengeluaran itu gw investasikan untuk mengaktifkan diri gw kembali dimana tubuh ini seluruhnya akan menjadi milik pasangan gw dan ini invetasi termahal untuk pasangan gw.
Jadi gw tidak menyesal sudah kembali mengaktifkan diri gw. Seperti yang gw bilang dalam blog gw sebelumnya, dia bukan pria beruntung. Gw berharap pasangan gw di masa depan merupakan sosok pria yang memang layak mendapatkan seluruh investasi dalam diri gw ini.
penutup: postingan ini bukan untuk menejelek2an karena gw pun pasti punya sisi yg tidak dia suka. Tidak ada manusia yg sempurna dan pasti punya kekurangan. Dia baik tapi dia tidak yakin dgn hubungan ini, maka itu cukup membuat gw merasa tidak perlu memperjuangkan hubungan ini.
Apa gw masih sayang? Entah lah, tapi gw tidak membenci. Bagian terberat itu bukan kehilangan seseorang melainkan kehilangan harapan akan masa depan yang sempat gw bangun. Gw sedang proses meperbaharui harapan yang pernah gw bangun tersebut.
Selamat Natal dan selamat menyongsong Tahun Baru 2025. Tuhan berkati semua perjalan kedepan, bantu Rini untuk terus menjadi lebih baik kedepannya. Amin!
No comments:
Post a Comment