Wednesday, January 8

PLASE

Call me please, sayang. aku rindu sangat rindu.. 😭

Gw udah berdoa di gereja minggu terakhir tahun 2024 kemarin untuk menutup kisah cinta kita, Senin paginya gw berdoa supaya Tuhan menutup perasaan dia ke gw dan Senin sore dia hubungin gw minta ketemu.

Malamnya gw ketemu karena gw berfikir, hubungan kita diawali dengan kesepakatan dalam pertemuan jadi baiknya diakhiri pun dengan kesepakatan dalam pertemuan. Tapi ternyata dia minta balikan dan gw ga bisa terima karena permasalahan kita masih sama dan ga ada solusi dari dia untuk memperbaiki hubungan ini.

Dia minta kesempatan dengan kata2 persis seperti pertengkaran kita pertama, tentu sulit untuk gw percaya akan ada perubahan. Daripada kita lanjutkan lalu 3bulan kedepan kita bertengkar lagi karena hal yg sama, lebih baik kita selesai dan 3bulan kedepan kita sudah bisa menata kembali hati kita untuk orang baru. Itu kata-kata gw.

Tapi dia masih minta mohon dan tetep dia ga memberikan alasan yg cukup untuk gw yakin dengan hubungan ini. Dia minta ketemu sekali lagi tapi gw tolak kecuali dia baca buku temennya yg sempat dia pinjam tentang pengendalian emosi lalu kasih tau gw gimana cara memperbaiki hubungan ini menurut buku itu.

See? Gw kasih dia kesempatan dan sekarang gw galau banget nunggu dia menghubungi gw! Seminggu ini nangisnya gw lebih parah dari sebelum2nya karena gw membuka keran harapan itu. Tolol banget ga sih gw?!

Tapi gw tetap harus sabar nunggu sampai batas waktu tertentu, jika dia menghubungi gw lagi maka kemungkinan besar hubungan ini akan kembali karena masih besar niat dia untuk memperbaiki. Tapi jika tidak menghubungi gw sampai jatuh tempo, maka gw akan benar-benar berhenti.

Nah selama proses menunggu ini tuh sesak banget. Gw pengen ketemu, gw pengen dipeluk, gw pengen manja2, pokoknya gw kangen banget!!

So please sayang, call me..

Sunday, December 29

LOVED THEN LOST

Akhir tahun lalu gw merasa jadi kembang perawan, ada beberapa cowo deketin gw dan gw pun lagi giat kenalan sama sana-sini. Lalu awal tahun gw memutuskan untuk fokus pada satu cowo yang effortnya paling besar dan di akhir tahun ini hubungan gw dengan cowo itu kandas!

Tai lah dengan yang bilang kalo kita harus pilih cowo yg effortnya besar karena ternyata effortnya ga konsisten. Sewaktu awal2, duh! Debu pun ga boleh nyentuh gw, bener2 berasa ratu. Tapi semakin kesini, layu dia. Boro2 effort, dikit2 nadanya tinggi. Gw marah, dia ikut marah. Untuk ngobrolin konflik bener2 harus bikin dia tenang dulu, capek!

Bener teori gw, butuh waktu setidaknya 6bulan untuk seseorang mulai menunjukkan aslinya. Hubungan di bulan ke-6 berhasil menunda rencana pernikahan, hubungan di bulan ke-9 berhasil membatalkan rencana pernikahan.

Cara dia mengelola emosi itu buruk, sangat buruk! 

Di pertengkaran pertama, entah kenapa tiba2 emosi dan melakukan hal2 tolol. Di pertengkaran kedua, gw emosi lalu dia ikut emosi dan langsung remove gw dari grup rencana pernikahan. kemudian datang dan bilang kalo kemarin niatnya supaya kita masing-masing intropeksi.

Wong isi chatnya supaya kita jalan sendiri-sendiri dan semoga menemukan yang terbaik untuk masing-masing lalu remove gw, ko bisa-bisanya itu disebut intropeksi? Tai lah!

Hari ini adalah minggu terakhir di tahun 2024, tadi gw pergi ke gereja dimana gereja itu menjadi salah satu saksi hubungan kita. Sejak PDKT dia sampe ngejar gw untuk ibadah bareng di gereja itu, saat pacaran pun hampir tiap minggu gereja disitu. 

Gw ga tau apa isi doa dia tapi beberapa kali saat doa berkat, dia genggam tangan gw seolah2 serius banget dengan isi doanya. Kalo isi doa gw, awal-awal gw minta diyakinkan karena dia ngebet banget mau nikah. Setelah berantem pertama dan baikan, doa gw berhbah supaya dilancarkan. Dan di minggu terakhir tahun 2024 ini, di gereja yang sama, isi doa gw adalah menutup semua perjalanan cinta gw sama dia.

Ya Tuhaaannn... Sedih? Banget! Gw masih memproses semua agar harapan yang sudah sempat gw bangun ini berhenti sebelum gw siap mengganti dengan harapan baru. 

Gapapa Rin, wajar ko sedih. Ini bukti bahwa lo punya hati dan punya perasaan. Sabar ya, waktu akan sembuhkan semuanya hingga lo siap untuk mulai lagi dari awal dengan yang baru. Ga salah ko putus, itu perjalanan dan pelajaran dalam hidup.

Lepas aja semua, terserah Tuhan akan pertemukan lo dengan siapa dan di waktu kapan. Pasti Ada ko pria baik yang effortnya ga cuma di awal. Semua harapan udah lo tulis kan di blog sebelumnya, imani ya Rin sembari lo persiapkan diri lo. 

Sebentar lagi udah tahun baru, momennya tepat untuk memulai semua dengan hal baru, harapan baru dan semangat baru. Bisa ya Rin, lo kuat ko.

Friday, December 27

OFFICIAL BREAK UP

Tepat dua minggu renggangnya hubungan gw sama dia, dia ada kirim chat nanya kabar dan minta waktu untuk ketemu. Saat itu tidak langsung gw balas karena itu malam natal, gw ga mau memusatkan pikiran gw untuk membalas pesan itu dan merusak emosi ketenangan malam natal gw.

Malam sebelum tidur, gw buka chatnya tapi dia hapus. Lalu kemarin dia chat gw lagi mengucapkan selamat natal dan membeberkan panjang lebar yang intinya mempertanyakan kenapa gw marah dan menyalahkan marahnya gw itu lalu pasrah jika hubungan ini harus putus.

Dia bilang bahwa saat itu dia minta kita saling intropeksi diri tapi gw malah minta putus. Gw balas lah chatnya kan, gw bilang bahwa seingat gw pesan terakhir gw berupa pertanyaan "kita selesai?" karena menurut gw tidak ada pasangan yang jalan sendiri-sendiri, tapi gw malah diremove dari grup rencana pernikahan. Itu balasan gw.

Karena gw tidak melihat ada niat dia untuk benar-benar membahas intropeksi diri tapi dia memulai percakapan dengan mengintropeksi gw, rasanya tudak perlu dilanjutkan lagi jadi gw sudahi saja semuanya. Karena tidak ada yang perlu dibahas lagi, seperti pesan terakhir kita jalan masing-masing. Lalu gw tutup dengan ucapan selamat natal.

Lalu dia cuma balas "terima kasih". 

Ga lama kemudian dia kirim chat lagi ngasih gw saran jika bertemu cowok lain. Gw disuruh menjalani hubungan dua arah, gw disuruh mandiri dan jangan buang-buang makanan karena katanya cowo ga suka cw seperti itu. Ga gw respon lagi chatnya, terserah.

Gw ga ngerti kenapa gw disebut tidak mandiri. Apa karena gw minta diantar/jemput ketika kita kencan? Jujur, ga selalu loh, kadang kita ketemu di tengah atau kadang gw yang dateng ke tempat dia. Awal pacaran dia siap sedia anter/jemput gw, kenapa di akhir-akhir dia mempermasalahkan anter/jemput?

Terserah dia lah. Gw pasti minta jemput kalau acara kita rapih dan gw pakai rok, apa itu salah? Dalam seminggu paling kita ketemu hanya dua kali, apa salah kalo gw minta dianter pulang?

Yasudahlah, sudah gw bahas di blog sebelunya kenapa gw minta dianter. Intinya, gw sudah terbiasa semuanya sendiri jadi gw seneng banget kita gw sudah tidak lagi sendiri dengan dianter/jemput sama pacar tapi dia menganggap bahwa dia jadi supir.

Cowo ga suka cw yang buang-buang makanan. Bukan buang-buang makanan, gw memang tidak bisa menghabiskan makanan dengan porsi besar karena perut gw cepat kenyang dan rasanya mual kalau dipaksa. Sejak awal ketemu, dia tau ko masalah perut gw. Dia juga kadang bilang, jangan dipaksa kalo ga kuat. Cowo lain akan terima atau tidak? Kita lihat nanti.

Hubungan dua arah? Hhhmm... Entah lah, gw ga tau dia berharap apa dalam hubungan karena dia tidak pernah benar-benar mengungkapkan keinginannya. Pasti berbeda gw dengan mantannya karena posisi mantannya dulu, mantannya lah yang suka duluan jadi mungkin banyak effort mantannya. Tapi gw? Sewajarnya aja, gw tidak terlalu mengejar pria. Gw tidak memberikan semua ketika masih pacaran, ada batas yang gw jaga.

Tapi memang gw akui, gw belum maksimal mencurahkan semua kemampuan gw karena entah megapa gw merasa hubungan ini belum aman sehingga gw tidak mau berinvestasi emosional terlalu banyak dalam hubungan ini.

Butuh waktu untuk gw benar-benar percaya dan bisa mencurahkan semua karena gw punya trust issue jadi gw sangat menjaga hati gw agar tidak terlalu hancur ketika semua berantakan seperti sekarang. Mungkin betul, kasian dia karena sudah maksimal dan gw masih proses. Bukan gw jahat, gw butuh waktu untuk mencerna semua dan dia tidak sabar. Selama 9bulan kemarin pun gw terus belajar ko untuk memahami dan mengekspresikan apa yang gw rasa dan apa yang dia rasa. Mungkin tidak terasa sama dia perubahan gw? Entah lah.

Gw pernah bilang ke dia, kekuatan dia yang menjadi penentu hubungan ini akan sejauh mana. Selama dia yakin, gw akan terus ada untuk dia sekali pun gw marah selama bukan marah karena hal-hal toxic ya. Jadi ketika dia bilang pesimis, gw langsung mundur karena gw sudah kehilngan rasa aman dalam hubungan ini.

Mari lanjutkan perjalanan dan proses hidup kita masing-masing.

Tuesday, December 24

MUNDUR

Kali ini gw mau membeberkan hal-hal yang meyakini diri untuk mundur, karena selama ini sudah gw toleransi dan tidak ada alasan gw untuk maju ketika dia sudah mengungkapkan pesimis.

1. Secara fisik, gw selalu membayangkan pasangan yang lebih tinggi dari gw sedangkan dia tidak lebih tinggi dari gw. Selama ini gw mencoba menerima dengan melihat beberapa contoh figur publik yang perempuannya lebih tinggi dari prianya. Ga terlalu masalah sebenarnya karena beda tipis, tapi gw berharap pasangan gw di masa depan lebih tinggi dari gw dan tentunya dengan badan yang sehat.

2. Selama ini gw mencoba menerima beberapa kisah masa lalu dia yang bukan saja kurang baik tapi sangat tidak baik. Gw mencoba meyakini diri gw dari tindakan dia setiap harinya bahwa dia sudah berubah dan itu beneran gw lihat begitu pun dari lingkungannya. 

Pertengkaran pertama gw itu, karena dia emosi maka dia ada mendekati salah satu dari masa lalunya dan itu membuat gw murka, sangat murka! Bukan cuma lingkungan dia, lingkungan gw pun dekat dengan itu semua tapi dia adalah contoh tolol yang terjerumus! 

Untuk masa lalu, semua orang punya masa lalu jadi gw tidak terlalu fokus dengan masa lalu mereka walau itu penting untuk gw ketahui tapi gw sangat mengantisipasi efek dari masa lalunya. Gw berharap pasangan gw di masa depan sudah selesai dengan masa lalunya.

3. Titik terlemah gw sudah pernah gw ceritakan ke dia. Gw sudah memberi tau semua kekhawatiran gw untuk masa depan karena ga semua orang bisa tau ketakutan-ketakutan kita, bahkan keluarga gw aja ga tau itu karena sangat personal. 

Karena gw berfikir dia akan menjadi bagian dari sisa hidup di masa depan lah makanya gw kasih tau dan memang bukan tugas dia untuk merubah pikiran gw akan semua ketakutan-ketakuutan itu, tapi ketika dia tidak yakin dengan hubungan ini maka tidak ada alasan gw untuk yakin sama dia karena gw sudah kehilangan rasa aman gw sama dia. Gw berharap pasangan gw selanjutnya bisa meyakinkan dan memberikan gw rasa aman supaya gw bisa mengutarakan seluruh perasaan gw, tidak ada lagi yang gw tahan.

Jujur, setelah gw renungkan, ternyata masih banyak perasaan yang gw tahan. Dia beberapa kali memang bilang untuk gw bisa ekspresif tapi ternyata secara tidak sadar, gw tidak bisa terlalu lepas ketika gw belum merasa aman. Gw belum pernah menceritakan apa cita-cita gw dan bayangan gw kedepan.

Beberapa kali gw pengen bahas itu untuk menyatukan bayangan masa depan bersama tapi entah kenapa momennya ga pernah dapat. Gw merasa sepertinya bayangan masa depan kita tidak sama sehingga gw masih menahan diri dan tidak mengungkapkan itu semua sampai sekarang. Gw ga tau pastinya tapi setiap gw mau bahas itu, perasaan gw menolak. Semoga pasangan gw di masa depan adalah pasangan yang bisa membuat gw merasa aman sehingga gw bisa menunjukkan semua sisi gw dan kita bisa saling membangun dan saling mendukung cita-cita untuk masa depan bersama.

4. Kata-kata dia sering kali abu-abu. Dia bilang terserah kalau gw mau malakukan, lalu gw lakukan dan dia marah. Lalu beberapa kali mengungkapkan sesuatu yang bertentangan dengan yang pernah dia ucapkan sebelumnya. Saat mau beli barang yang cukup mahal dia yakin Tuhan akan kasih rejeki, tapi begitu bahas biaya pernikahan dia ga berani karena belum ada rejakinya. Dia pernah bilang kalo atasannya percaya sama dia karena dia selalu melakukan apa yang dia katakan tapi beberapa contoh diatas aja ngga dia lakukan. Belum lagi janjinya dari pertengkaran pertama yang tidak dia lakukan. 

Semua ungkapan cinta dan sayang yang pernah dia katakan itu jadi sia-sia buat gw. Gw pernah bilang, jangan terlalu kamu habiskan cinta kamu di awal karena perjalanan masih panjang tapi dia yakin dengan perasaannya saat itu yang ingin dia ungkapkan. Nah kalo tiba-tiba mundur gini, apa iya gw harus yakin sama dia? Semoga pasangan gw di masa depan bisa konsisten dengan perasaannya dan dewasa secara emosional - tidak asal bicara.

5. Mungkin ini terakhir, gaya dia ketinggian untuk finansial dia saat ini. Ini udah lama gw lihat dan ga gw gubris karena bisa menyinggung ego pria kalo soal finansial. Gw mencoba menerima dengan mengimbanginya. Kalo dia lagi ngeluh uang, gw tidak terlalu ribet minta ketemu karena pengeluaran kalo ketemu itu lumayan besar. Jadi gw nunggu aja kapan dia ngajak ketemu, berarti ada uangnya dan sudah dia pertimbangkan. Saat bertemu pun gw lihat kondisinya, kalo agak ringan raut wajahnya berarti ada uang. Kalo lagi kusut berarti lagi ngepas maka gw ajak makan di pinggir jalan aja.

Balik bahas finansial, dia pernah minta pendapat gw ketika dia ingin membeli sebuah barang yang cukup mahal namun gw sarankan untuk tidak membelinya karena gw lihat sejauh ini, dia tipe orang yang sangat mudah mengeluarkan uang tapi tidak bisa mengelola dimana cicilan barang ini bisa menghancurkan keuangan dia terlebih masih ada rencana menikah dengan biaya yang tidak kecil, jadi gw sarankan kalau itu tidak pelru. 

Gw ga langsung larang tapi gw kembalikan, yakin sanggup komitmen dengan cicilannya? Jangan sampai, karena cicilan ini jadi mengubah kebiasaan seperti jadi gila kerja atau asal ambil kerjaan dan jadi pelit padahal biasanya baik, karena barang ini tidak terlalu penting. Dia sudah punya hanya ingin upgrade yang gw rasa belum perlu. Dia mencoba meyakinkan gw kalo dia sanggup. Akhirnya dia tidak jadi beli walau alasannya tidak seperti saran gw, tapi yaudahlah.

Amsyongnya, begitu bahas pernikahan yang biayanya tidak lebih mahal dari barang tersebut, dia merasa tidak mampu. Tai ga tuh? Gw sudah pernah bilang kalo gw ga mendesak untuk nikah cepat, nabung dulu aja. Sesantai itu loh gw, tapi dia yang mau buru-buru nikah.

Gw pernah sekali coba kasih saran untuk lebih hemat, nabung kecil-kecil sebelum dapat success fee. Karena selama menunggu success fee itu, tabungannya terkuras akibat boros. Kapan ketabungnya yakan? Eh nada dia malah naik. "GA USAH LAH KAU URUSI ITU! JANGAN KAU KHAWATIR!" katanya. Tapi chat terakhir dia malah pesimis dengan biaya pernikahan. Bingung ga lo? Dia yang ngebet nikah, dia yang pesimis. Gw berharap pasangan gw di masa depan bisa berfikir efisien. Ga cuma mikir semalaman tapi hasilnya mundur.

tambahan: Doa gw untuk pasangan hidup, Tuhan berikan pasangan yang takut akan Tuhan, baik, bertanggung jawab, bisa diandalkan, bisa dibanggakan, bisa menjadi teman cerita sampai tua dan mau sama-sama bertumbuh.

Sembari dengan itu gw pun terus memperbaiki diri agar gw bisa menjadi pendamping yang layak disayangi dan dicintai. Bisa menjadi menantu, ipar terlebih ibu yang baik untuk anak-anak gw kelak.

Jujur, gw bertemu dia disaat gw sedang ada di titik terendah. Gw ga tau hidup untuk apa kalau hanya seorang diri. Lalu dia datang dengan segala upaya dan gw kembali mencoba mengaktifkan diri lagi karena saat itu gw berfikir akan memiliki pertner hidup. Gw kembali olahraga, gw kembali mengisi tubuh dengan nutrisi, gw kembali merawat tubuh, gw mencoba merawat mental gw agar siap untuk berumah tangga dengan pergi ke psikiater, gw kembali aktif di kehidupan sosial supaya wawasan gw kembali berkembang, tapi saat semua itu baru gw mulai kembali, dia mundur.

Dalam hubungan kemarin gw memang tidak royal soal uang karena awal-awal pacaran dia pernah ngasih uang dan gw marah karena menurut gw, ga ada kewajiban ngasih uang ke pacar. Lebih baik uang itu untuk biaya ngedate aja. Lalu beberapa kali di awal hubungan, gw pernah mau bayar makan tapi ditolak sama dia. Pernah juga saat rekeningnya kosong karena belum ditransfer, gw bilang pake uang gw aja tapi dia ga mau. Jadi gw ga pernah menawarkan diri lagi. Ya, bisa dibilang gw sangat hemat selama 9bulan pacaran sama dia.

Humm.. Gw belum pernah ngasih barang juga ke dia. Gw lebih suka memberikan sesuatu itu sesuai momen supaya ada ceritanya. Entah kenapa setiap kali gw udah list barang yang mau dibeli untuk gw kasih di momen tertentu, tiba-tiba kita bertengkar dan momen itu terlewat. Itu beberapa kali terjadi. Kayak natal ini contohnya, gw udah list beberapa barang untuk jadi kado natal tapi kita putus.

Yah memang pas juga ga perlu beli karena gw sedang menghemat pengeluaran gw. Tabungan gw ga banyak dan gw juga butuh tabungan untuk pernikahan gw kelak, tapi sebagian besar pengeluaran itu gw investasikan untuk mengaktifkan diri gw kembali dimana tubuh ini seluruhnya akan menjadi milik pasangan gw dan ini invetasi termahal untuk pasangan gw. 

Jadi gw tidak menyesal sudah kembali mengaktifkan diri gw. Seperti yang gw bilang dalam blog gw sebelumnya, dia bukan pria beruntung. Gw berharap pasangan gw di masa depan merupakan sosok pria yang memang layak mendapatkan seluruh investasi dalam diri gw ini.

penutup: postingan ini bukan untuk menejelek2an karena gw pun pasti punya sisi yg tidak dia suka. Tidak ada manusia yg sempurna dan pasti punya kekurangan. Dia baik tapi dia tidak yakin dgn hubungan ini, maka itu cukup membuat gw merasa tidak perlu memperjuangkan hubungan ini.

Apa gw masih sayang? Entah lah, tapi gw tidak membenci. Bagian terberat itu bukan kehilangan seseorang melainkan kehilangan harapan akan masa depan yang sempat gw bangun. Gw sedang proses meperbaharui harapan yang pernah gw bangun tersebut.

Selamat Natal dan selamat menyongsong Tahun Baru 2025. Tuhan berkati semua perjalan kedepan, bantu Rini untuk terus menjadi lebih baik kedepannya. Amin!

Wednesday, December 18

MARI BERDAMAI

Mari berdamai dengan situasi dan kondisi saat ini! Tuh, gw tegaskan ya berdamainya sama siapa..

Sudah seminggu gw putus dan kemarin adalah tanggal dimana harusnya hubungan kita 10bulan dan kemarin merupakan batas waktu gw boleh menangisi hubungan yang kandas ini. Ya ga saklek ga boleh nangis lagi tapi ga boleh membiarkan perasaan sedih itu mengharu biru.

Jujur, tadi setelah gw menyelesaikan pekerjaan gw, tiba2 banget perasaan gw sesak dan teringat hubungan gw sama dia. Padahal seminggu kemarin ga ada tuh tiba2 sesak. Namun langsung gw tepis supaya ga galau dengan main bersama ponakan.

Kemarin gw udah hide dan mute semua akun instagram, facebook dan whatsapp dia. Jadi ga ada lagi tuh gw lihat nama dia muncul sebagai viewers story gw dimana seminggu setelah putus kemarin, tiap harinya dia masih mantengin story gw.

Rasanya gimana? agak tenang lah, gw ga berharap dia muncul. Mungkin karena gw tau udah gw tutup jadi ga berharap. Hahahaha..

Gw ga tau cara ini benar atau tidak tapi gw berharap perasaan untuk gw tidak berharap dia muncul ini bisa ada seterusnya sampai gw bisa terbiasa kalaupun dia mucul itu udah biasa aja. Nah, bingung ga tuh sama bahas gw? Hahahahaha...

Gw masih belum bisa mendeskripsikan gimana perasaan gw sebenar-benarnya tapi ternyata gw ga setantrum itu. Lebih tantrum saat pertengkaran pertama. Apa karena secara tidak sadar gw sudah mempersiapkan perpisahan ini ya? Entahlah.

Tapi gw ngga mempersiapkan perpisahan ko, justru di sebulan terakhir kemarin isi doa gw untuk masa depan. Awal-awal pacaran sampai pertengkaran pertama itu isi doa gw untuk meyakinkan, kenapa pas bertengkar pertama gw tantrum banget? Padahal harusnya saat itu gw yakin kalo emang bukan jodoh, yakan?

Huff.. Jangankan jodoh dan masa depan, isi hati dan pikiran gw aja misteri untuk diri gw sendiri.

Nah gw sempet mikir, gw udah selesai belum sih sama diri gw sendiri? 

Oiya, berat badan gw kan setahun ini turun, gw sempet pergi ke ahli gizi untuk konsultasi. Nah gw dirujuk ke psikiater. Gw belum pergi ke psikiaternya, tapi melihat kondisi kandasnya hubungan gw saat ini, gw jadi berfikir, mungkin ini waktu yang tepat untuk gw mengenal diri gw.

Gw rapihin dulu, nanti begitu mantap maka pria yg datang adalah pria beruntung yang sudah mendapatkan diri gw dengan versi lebih baik. Kenapa bukan versi terbaik? Karena gw akan terus bertumbuh menjadi lebih baik sehingga gw mengharapkan pasangan yang juga mau bertumbuh bersama.

Sebelumnya pun gw berproses memperbaiki diri ko, mungkin dia aja ga sabar jadi gw katakan bahwa dia bukan pria yg beruntung. Oke deh, sekian curhat kali ini. See you..

Sunday, December 15

MASA SEDIH

Hai, udah lama nih gw ngga ngobrol disini. Udah cukup banyak cerita yang dilalui tapi gw mau cerita satu hal yang sedang mengganggu gw beberapa hari terakhir yang buat air mata gw jatuh. Bahkan saat nulis blog ini pun si air mata udah siap jatuh cuma gengsi aja dia.

Jadi, beberapa bulan lalu gw akhirnya memberanikan diri untuk pacaran. Sudah mau masuk ke bulan 10 dan saat ini bisa dibilang hubungan gw sudah putus. Ngga ada kata2 putus sih, tapi dia pesimis dengan hubungan ini dan minta untuk jalani hidup masing2. Gw mengartikan bahwa ini putus. Kenapa gw berasumsi putus? Loh pasangan mana yg jalan masing2?

Belum genap seminggu jadi gw masih membiarkan air mata gw jatuh, gw masih membebaskan perasaan sayang gw meronta2, gw masih membolehkan diri gw untuk berharap pada bayang2 hidup bersama sampai tua, gw masih membolehkan dia jika masih ingin mencari tau keadaan gw. Jatahnya satu minggu!

Saat ini gw sudah hapus semua foto, semua chat, semua postingan yg ada hubungannya dengan dia. Setelah satu minggu gw akan menghilangkan jejak gw maupun jejak dia, gw akan mute dan hide akun instagram dia sehingga kita tidak bisa saling lihat postingan terbaru kecuali emang stalking.

Kenapa ga block? Karena gw ga benci sama dia, gw cuma butuh waktu menetralkan perasaan gw. Kalo semua sudah netral, gw akan kembalikan semua settingannya. Target gw sekitar 2 bulan yang dimana itu harusnya akan menjadi 1st anniversary tp kandas.

Huff.. yuk bisa yuk...

...

Emang ga ada harapan untuk balik? Hhmm.. ada tapi kecil.

Bertengkar sampai dia minta menjauh ini bukan yang pertama kali, ini yang kedua kali. Yang pertama itu berhasil menunda rencana nikah kita dan kali ini pun tentunya tertunda atau kemungkinan besarnya gagal.

Masalahnya ada di pengendalian emosi. Pertengkaran awal itu gw agak males bahasnya karena itu lebih menyakitkan dari yg saat ini. 

Pertengkaran kali ini jujur gw ga begitu paham karena menurut gw ga begitu parah. Kemarin itu dia sakit, lalu gw dtg ke rusunnya, lalu ada momen gw kesel karena gw dicuekin kemudian gw tinggal. Dia itu sakitnya ngga yang gimana2 cuma radang dan anget aja badannya.

Saat gw mau mengeluarkan mobil yg terjebak karena parkiran rusun agak padat, dia datang membantu. Begitu mobil gw berhasil keluar, gw berterima kasih sama abang nasi goreng yg ada disitu dan mengabaikan dia yg bantuin gw. Dia ada chat gw mengingatkan kalo ada barang yg tertinggal tp ga gw bales karena masih kzL, jadi begitu sampe rumah langsung tidur.

Besoknya masih ga gw respon chatnya karena kegiatan gw agak padat dari pagi dan gw ga mau merusak mood gw hari itu. Malam harinya gw mendapati chat dia panjang lebar yg intinya dia pesimis dengan hubungan ini karena kita tidak cocok dan minta jalan masing2.

Gw bales chatnya untuk memastikan "kita selesai?" Tapi WA gw malah diblock. Hhmm.. Ngga diblock, chat gw hanya centang satu tapi dia bisa ganti profil picture. Entah dia make fitur apa, dia lebih canggih lah memang masalah beginian dari gw. Intinya dia mengacuhkan gw.

Dengan dia tidak yakin sama hubungan ini maka tidak ada alasan gw juga untuk yakin sama dia. Gw butuh pria yang yakin kalo dia memilih gw, gw butuh pria yang memperjuangkan gw, gw butuh pria yang punya rasa percaya diri (bukan narsistik). Karena gw tau - diri gw layak diperjuangkan, diri gw layak untuk diyakini.

Gw tau beban pikirannya lagi berat, tapi kalo tiap beban pikirannya berat lalu nyuruh org pergi gitu aja mending ga usah punya pasangan ga sih dia? Dikata rumah tangga bebannya ringan kali?

Di pertengkaran pertama itu emosi dia ga terkontrol karena dia merasa sendiri menanggung bebannya dimana gw ga tau beban dia apa tapi tiba2 marah yang marahnya sungguh ga bisa gw terima, saat itu gw minta kita selesai tapi kemudian dia minta maaf dan ada janji tapi janjinya ga dia lakukan sampai marah yang kedua. 

Gw curiga marahnya dia kemarin pun karena dia merasa beban dia berat lalu gw marah yg buat dia makin merasa terbeban. Setelah pertengkaran pertama dia memang mulai cerita tentang bebannya. Gw dengerin ceritanya, gw coba memahami semua sisi dari ceritanya, gw respon sebijak yang gw bisa, gw ga mendesak dia untuk hal-hal yg menambah beban pikirannya. Gw bukan cewe yang ribet harus selalu ngabarin atau cewe yang selalu minta ini/itu. Tapi bukan berarti gw ga boleh kesel dong kalo gw dicuekin saat kondisi kita lagi bareng? Malah ada momen seminggu sebelum putus ini dia bilang gw ga bisa jadi teman cerita. Gw harus gimana? 

Dua minggu sebelum putus gw juga ada marah karena dia udah bilang mau anter gw pulang tapi gw malah disuruh pulang bawa mobilnya. Nago-nego, akhirnya dia nganterin gw dan gw ucapkan terima kasih karena sudah diantar, eh meledak dia. Dia bilang kalo gw hanya memikirkan diri sendiri, ga paham kalo dia lagi capek dan besok ada kegiatan pagi.

Hmm.. Masalahnya dia udah bilang mau nganter, apa salah kalo gw tagih? Dan lagi udah beberapa kali dia males nganter, minta gw bawa mobilnya dan agak ngeluh kalo anter/jemput gw karena jauh dan mahal (bensin & tol).  Jujur, kalo dia beneran sibuk dan mengatur waktunya dgn baik, gw masih mau ngalah. Masalahnya, gw ga tau kenapa dia susah banget ngatur waktunya, jadi ketemu gw tuh rasanya tinggal sisa waktu dan sisa energi yg dia punya, kesel banget gw! Salah ga sih gw kesel? Dalam seminggu, ketemu sekali atay dua kali tapi ngeluh tuh rasanya males banget! 

Tapi yasudahlah kalau memang gw menjadi beban buat dia, memang benar dia pesimis. Intinya gw pun belajar dan berproses ko selama 9bulan hubungan ini. Kalau dia tidak merasakan proses gw, ya memang kita ga cocok. Apa mau dikata?