Walau dalam kamus pengangguran tidak mengenal weekend, tapi ini gw kasih tau kepada pembaca bahwa dua hari ini adalah weekend, Sabtu - Minggu. Kenapa gw satuin? Karena sama dengan tiga hari sebelumnya, tidak ada kegiatan berarti yang gw lakukan. Gw cuma mencoba menyusun strategi, mencari peluang, nonton youtube, dan buka instagram.
Biar ga kosong, pada diary ini gw akan ceritakan alasan gw resign.
Gw bekerja disebuah konsultan BUMN bernama PT. Bina Karya (Persero) selama lebih dari 4 tahun. Gw lupa pasti lebihnya berapa bulan karena surat rekomendasi dari kantor belom gw ambil sampe sekarang.
Gw akan ceritakan alasan gw resign seperti apa yang gw jelaskan ke petinggi-petinggi gw saat gw menghadap untuk mengajukan pengunduran diri. Mungkin di diary sebelumnya ada gw singgung sedikit, disini akan gw jelaskan lebih detail. Maaf, gw tidak akan bisa menceritakan sepenuhnya secara real karena terlalu sensitif.
Orang pertama yang tau gw akan resign adalah manager dan kepala divisi gw yaitu pak Ganda dan pak Charles. Kedua bapak ini lah yang menjadi pelampiasan dari sikap akhir atas ketidak-puasan gw bekerja di BK.
Kedua bapak ini mencoba untuk tetap menerima gw walau gw sudah berontak dan bersikap tidak disiplin. Dan kepada kedua bapak ini gw curahkan sedikit isi hati dari alasan gw untuk mengundurkan diri.
"kenapa mau resign?"
Karena saya sudah tidak memiliki motivasi bekerja dan disini bukan bidang saya. Saya lulusan arsitek namun saya ditempatkan dalam divisi transportasi. Disini referensi kerja saya tidak akan bertambah. Saya sudah mencoba untuk mengerti divisi ini tapi sulit karena terlalu 'sipil', bukan arsitek. Saya pun kurang berminat berada dalam divisi ini.
"kenapa mau resign tapi matamu berkaca-kaca?"
Karena sulit pak melepas zona nyaman. Bina Karya adalah zona nyaman saya, menerima semua kekurangan saya.
"Iya, saya setuju kalo kamu bilang Bina Karya adalah zona nyaman. Kamu tau kondisi Bina Karya dan divisi2 lain, jika memang kamu ingin keluar demi kemajuanmu, saya dukung karena saya pun tidak bisa memberikanmu pekerjaan arsitek sesuai bidangmu."
Sedikit cerita, sebelum gw masuk divisi transportasi sebenarnya gw masuk dalam divisi gedung. Sebuah divisi yang sebenarnya tepat untuk bidang gw arsitek. Namun sayangnya, divisi tersebut tidak berminat untuk mengembangkan SDMnya sehingga banyak arsitek tidak bekerja sebagai arsitek yang seharusnya mendesain sebuah bangunan. So, memang sudah tidak ada alasan untuk gw bertahan di BK jika ingin mengambangkan kemampuan bidang gw dalam arsitektur.
Setelah gw mendapat restu resign dari atasan di divisi, gw pergi ke divisi baru dimana divisi ini sebelumnya berniat untuk merekrut gw menjadi bagiannya tapi karena satu dan lain hal, kesempatan itu tidak kunjung datang hingga kesabaran gw habis.
Ibu Selly adalah kepala divisinya, salah satu panutan gw di kantor. Seorang ibu yang cantik dengan cerita kehidupan pribadi yang tidak mudah, memiliki sertifikat yang diakui asosiasi profesi bukan abal-abal dan lulusan S2 beasiswa dari Belanda. Dengan kelebihan yang dia miliki, kenapa beliau masih bertahan di BK?
Beliau pernah bilang, "kamu sama seperti saya Rini." Gw ngga ngerti sih samanya apa tapi pada akhirnya gw tau ketika gw pamit mengundurkan diri kemarin.
"Saya pun ditawarin banyak pekerjaan diluar tapi kenapa saya memilih bertahan di BK? Saya ngga tau tapi hati saya bilang, ada yang harus saya selesaikan di BK."
Iya saya pun berfikir demikian tapi saya tidak sesabar ibu. Saya sudah 4 tahun disini tapi saya tidak mendapatkan apa-apa. Saya mau menunggu berapa lama lagi?
"Saya ga mau kamu pamit ke saya untuk resign. Mending kamu off dulu beberapa bulan untuk liburan nanti kamu balik lagi kesini. Saya akan butuh kamu tapi saya belum bisa janjikan kapan. Saya tau kondisi kamu dengan ketidak-cocokan BK tapi saya belum bisa merekrut kamu karena divisi baru ini belum memiliki dana operasional."
Huff.. Oke, keputusan resign tetap bulat karena ibu panutan ini pun tidak bisa menjanjikan gw kepastian walau jujur, gw pengen banget kerja bareng sama ibu ini. Tapi yup, penantian 4 tahun rasanya cukup.
Berat banget ceritain alasan gw resign dan ini cukup menguras emosi. Gw ngetik sambil nangis karena kembali teringat bahwa bu Selly adalah salah satu alasan gw bertahan di Bina Karya. Permintaan untuk gw off sementara waktu sempat menggoyahkan niatan gw untuk resign. Tapi kenapa tidak bisa dan tidak berani mengeluarkan statement untuk meyakinkan kejelasan gw? Kenapa??
Ini menyangkut masa depan gw, jika mereka tidak bisa meyakinkan gw maka keyakinan gw lah yang harus gw pertahankan. RESIGN!
Terakhir gw pamit ke boss besar yaitu bapak Direktur Utama, pak Irman. Beliau baru sekitar setahun menjabat sebagai dirut dan sebenarnya ini juga salah satu alasan juga gw bertahan, ganti dirut.
Dirut sebelumnya memiliki kinerja yang kurang maksimal sehingga gw berharap dirut berganti dan membawa perubahan. Jujur saja setelah dirut berganti sudah ada titik terang akan terjadi perubahan tapi ternyata kesabaran gw sudah habis pada 1 tahun masa jabatannya.
Bapak satu ini pernah menyampaikan harapannya pada gw untuk bisa menjadi / membawa perubahan untuk Bina Karya. Persis 6 bulan lalu beliau menyampaikannya. Beliau sepertinya menyorot gw karena gw dilihat berbeda dengan yang lain. Entah lah, tapi semua pemimpin yang gw temui ini menyampaikan bahwa gw memiliki potensi.
Potensi apa?
Kalo gw punya potensi tapi gw dianggurin, potensi gw akan redup. Begitu redup, gw khawatir ada pagawai baru bergabung dan potensi gw tertutup karena gw terlena dengan kondisi yang ada. Apa gw akan membiarkan hal itu terjadi? Tidak!
"saya ga tau kamu resign sekarang itu tepat atau tidak. Saya membutuhkan kamu tapi saya tidak bisa menjanjikan surga."
See? Dirut gw pun orang nomor satu di BK tidak bisa meyakinkan gw untuk bertahan. Apa gw yang kurang jeli menyambut penawarannya tapi gw tetap yakin untuk resign.
"kamu yakin mau resign?"
Iya pak. Saya sudah kehilangan banyak hal di BK. Saya kehilangan jiwa kompetitif saya, saya kehilangan nyali dan mental saya, saya kehilangan keberanian saya dan tidak terasa 4 tahun saya menghabiskan waktu di BK. Saya sudah tertinggal banyak dari teman sepantaran saya. Saya akan keluar untuk mengejar ketertinggalan saya, saya ingin menantang diri saya untuk kembali meningkakan nyali, mental dan jiwa kompetitif saya.
"Kalo itu alasan kamu, saya setuju kamu resign. Saya bangga kamu berani resign. Saya tau BK ini zona nyaman dan sebenarnya saya ingin mengubah BK agar tidak lagi menjadi zona nyaman, tapi itu masih rencana saya."
Kurang lebih seperti itu cerita alasan kenapa gw resign. Udah dapat lah ya gambarannya? Ternyata gw tidak bisa menjelaskan secara detail alasannya karena akan sangat panjang, bertele dan sensitif.
Ada 3 alasan kenapa gw menerima sebuah pekerjaan. Passion, Money, Time. Minimal terdapat dua saja alasan, maka gw akan menjalankannya. Tapi di Bina Karya gw tidak mendapatkan semuanya. Sudah 4 tahun bertahan untuk sebuah perubahan tapi kesabaran gw habis.
Semoga Bina Karya bisa bertumbuh begitu pun gw yang sekarang sudah memantapkan sikap untuk menjadi pekerja lepas supaya gw tidak terus-menerus galau setelah melepaskan diri dari zona nyaman gw.
Tarima Kasih Bina karya, tidak semuanya kok kenangan gw buruk tentang BK. Masih banyak juga hal-hal positif yang gw dapatkan selama bekerja di BK. Sekali lagi, terima Kasih.